Last Updated on 25 June 2023 by Herman Tan Manado
Dalam kurun waktu ±50 tahun terakhir, diperkirakan ada ratusan ribu etnis Tionghoa di Indonesia memilih untuk melepas kewarganegaraannya, dan bermigrasi ke negara-negara lain, seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Australia, USA, Kanada, dan Eropa.
Berikut timeline (perjalanan garis waktu) etnis Tionghoa di Indonesia :
414 M : Fa Hien memulai sejarah orang Tionghoa di wilayah nusantara. Dia pula yang mengabadikan Kerajaan Tarumanegara dan Kalingga.
1600 M : Migrasi besar yang pertama membuat jumlah populasi orang Tionghoa di Batavia dari 2,000-an jiwa menjadi 10.000-an jiwa.
9 Oktober 1740 : Pembantaian warga Tionghoa oleh VOC, menewaskan sekitar 10.000 orang. Disebut menjadi peristiwa rasialisme anti-Cina yang terbesar dan pertama kali di Indonesia.
1800 : Gelombang migrasi terbesar etnis Tionghoa ke Indonesia yang dipekerjakan sebagai kuli kontrak. Dikotomi totok dan peranakan dimulai.
1804 : Pemerintah Kolonial Belanda melarang etnis Tionghoa melakukan perdagangan primer.
23 September 1825 : Puluhan orang Tionghoa dibunuh di Ngawi oleh pasukan pimpinan Raden Ayu Yudakusuma, putri dari Sultan Hamemngkubuwana I.
17 Maret 1900 : Di Batavia berdiri Tiong Hoa Hwe Koan THHK, 中华会馆 Zhong Hua Hui Guan pimpinan Phoa Keng Hek. Bertujuan untuk memajukan kembali Budaya Tionghoa dan agama Konghucu.
19 Januari 1901 : Sekolah THHK mendapatkan sambutan luas. Pemerintah Hindia Belanda khawatir, kemudian mendirikan HSC, sekolah untuk anak-anak etnis Tionghoa dengan bahasa Belanda.
21 Juli 1909 : Pemerintah Tiongkok mengeluarkan undang-undang yang menyatakan seluruh warganya beserta keturunannya yang berada di luar negeri adalah berkebangsaan Tiongkok.
10 Februari 1910 : Pemerintah Kerajaan Belanda memberlakukan “Wet op het Nederlandsch Onderdaanschap” , yaitu keturunan Tionghoa yang lahir di Hindia Belanda adalah kawula Belanda.
1912 : Kerusuhan anti Cina di Solo. Dipicu karena persingan dagang atara pedangang batik Cina dan Jawa.
31 Oktober 1918 : Kerusuhan anti-Cina pecah di Kudus karena persaingan antar pengusaha rokok. Ribuan orang Sarekat Islam membakar dan menjarah rumah dan toko milik orang Cina.
1930 : Sensus penduduk pertama di Indonesia dilakukan pada tahun 1930 oleh pemerintah Belanda. Tercatat 1,9 juta etnis Cina, 83% nya tinggal di Pulau Jawa.
1932 : Lahir Partai Tionghoa Indonesia di Surabaya pimpinan Liem Koen Hian. Partai ini mendukung gerakan mencapai Indonesia merdeka.
Mei 1946: Total 635 jiwa termasuk wanita dan anak-anak menjadi korban pembunuhan di Tangerang dan sekitarnya.
Juni 1946 : Puncak kerusuhan rasial di Tangerang. Dipicu adanya tuduhan bahwa etnis Tionghoa adalah Pro-Belanda dan dituduh menjadi agen NICA.
13 Maret 1954 : Baperki didirikan oleh pemuka golongan Tionghoa di Jakarta. Setelah menjadi partai politik, pada Pemilu Konstituante 1955 berhasil meraih beberapa kursi.
1959 : Dengan PP No. 10/1959, orang Tionghoa asing dilarang berdagang di tingkat kabupaten ke bawah. Terpaksa ratusan ribu orang Tionghoa melakukan repatriasi ke RRC.
1963 : Lanjutan dari PP tersebut, komandan militer di Jawa Barat melarang orang Tionghoa tinggal di pedesaan.
Mei 1963 : Kerusuhan rasial pecah di beberapa tempat di Jawa Barat, seperti Sukabumi, Cirebon, dan Bandung.
1967 : Diterbitkan SE No. 6/Perskab/6/67 yang menyatakan masyarakat Tionghoa harus mengubah namanya menjadi nama yang berbau Indonesia.
1967 : Adanya PP No. 14/1967, melarang kegiatan keagamaan, kepercayaan, adat Cina di Indonesia.
1978 : Penggunaan Bahasa Mandarin dilarang sesuai dengan Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 286/KP/XII/1978. Gerak gerik masyarakat Tionghoa juga diawasi oleh BMKC.
1988 : Dikeluarkan Peraturan Menteri Perumahan No. 455.2-360/1988 yang melarang penggunaan lahan untuk mendirikan, memperluas, dan memperbarui klenteng (tempat ibadah etnis Tionghoa).
1988 : Dikeluarkan SE 02/SE/Diten/PPG/1988 yang melarang penerbitan, percetakan tulisan dengan aksara dan bahasa Mandarin di depan umum.
13-15 Mei 1998 : Kerusuhan Mei di Jakarta tahun 1998, merupakan sejarah kelam etnis Tionghoa di Indonesia.
Ratusan ruko (termasuk kantor, bank dan supermarket) dibakar dan dijarah massa, sehingga mengakibatkan puluhan ribu etnis Tionghoa memilih untuk melepas kewarganegaraan Indonesianya dan pindah ke negara tujuan, seperti Singapore, Malaysia, Hongkong, Australia dan Amerika Serikat.
Baca juga : Sejarah Kebencian Terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia
2000 : Dicabutnya Inpres No 14/1967 dan menerbitkan Kepres No. 6/2000 yang memperbolehkan warga Tionghoa mengekspresikan kebudayaan termasuk kebebasan menjalankan agama.
14 Maret 2014 : Melalui Keppres No. 12 Tahun 2014 mencabut SE Presidium Kabinet Ampera No. SE-06/Pred.Kab/6/1967 28 Juni 1967, mengubah “Cina” dengan “Tionghoa/Tiongkok”.
Konklusi : Sebelum Presiden Soeharto berkuasa, sikap #anticina sudah ada di Indonesia. Ada perasaan samar diantara orang2 pribumi kala itu, bahwa ada masalah dengan etnis Cina yang harus diselesaikan. Serta harapan pada pemerintahanan yang baru ini (Orde Baru, 1967-1998) akan menyelesaikannya.
Salam #Jasmerah – Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
Selamat Malam p. Herman Tan,
Saya mendapatkan info Time Line Etnis Tionghoa di grup WA, dan info tautan nya untuk ke web : https://www.tionghoa.info.
Isi di WA agak berbeda dan tanpa foto dokumentasi, karena dibubuhi di bawah WA tersebut bahwa isi artikel lengkap time line tersebut dapat dibaca di web dan tidak ada info tentang yang menyusun pembuat A tersebut.
Didalam WA kiriman Timeline Etnis Tionghoa di Indonesia tambahannya dan dimulainya time line adalah sbb:
414 M : Fa Hien tidak dituliskan
di WA dimulai dengan
judul awal –
# sebelum 907 :
Komunitas Tionghoa di kerajaan Airlangga, Gresik, Lasem, Tuban, Jepara, Banten
# 907
I Ching Bhiksu Budhis asal Tiongko berkelana hingga ke kerajaan Srwidjaya di Sumatera Selatan
# 1293
Invasi Kekaisaran Tiongkok-Mongol dibawah Dinasti Yuan ke tanah Jawadwipa (Pulau Jawa sekarang). Pada tahun 1293, Kubilai Khan, Khan Agung kekaisran Mongol dan pendiri Dinasti Yuan mengirim invasi besar ke pulau Jawa dengan 20.000 sampai 30.000 tentara.
# Armada Cheng Ho singgah di beberapa lokasi, antara lain Palembang dan Jawa
kemudian di WA tersebut baru tertulis :
# 1600 : Migrasi besar yang pertama….
Membaca email p.Herman Susanto, ada 3 aspek usul tentang tokoh Tionghoa yang menjadi perhatiannya : 1) Orang Tionghoa yang berjasa baik di politik dan seni. 2) Orang Tionghoa yang mencemari 3. Orang Tionghoa yang non Khong Hu Cu dan non Budha
Di Jawa Barat yang saya pernah dengar tentang orang Tionghoa yang belum setenar tokoh, tapi disebutkan di komunitas Sunda, orang Tionghoa yang dianggap lebih Sunda dari orang Sunda,yang saya kira di daerah-daerah lain juga ada terpendam.
Yang di Banten sekarang populer adalah Museum Tionghoa yang di didirikan oleh Azmi Abubakar orang Aceh, yang maksudnya juga agar tidak melupakan sejarah jasa orang Tionghoa dalam Sejarah Indonesia
Demikian juga dengan para veteran-veteran Tionghoa perang Kemerdekaan dan yang masa sekarang di Angkatan Bersendjata yang Tionghoa juga ada dan tidak mudah untuk mencapai tingkat Jenderal.
Yang umum sampai LetKol atau Kolonel, tapi rasanya ada sih yang sampai Jenderal (Kelihatannya mereka tetap low profile saja), karena kendala etnis dan agama. Ataupun dr-dr yang dinas di ketentaraan yang saya ingat mendapat pangkat tituler sampai Mayor atau Let-kol.
Kalau di zaman VOC disetiap kota pimpinan Tionghoa sesuai dengan besaran kotanya mendapat gelar tituler Mayoor, Kapitan, Luitenant.
Kalau di Bidang Seni yang saya ingat di bidang Sandiwara dan Film awal yaitu a.l Tan Tjeng Bok “si Item” (seniman 3 zaman sejak 1920) dan Fifi Young (Tan Kiem Nio sejak 1930 juga seniman 3 zaman).
Di zaman 1960 di bidang teater dan film,yang ada yaitu Steve Liem / Teguh Karya (Liem Hok Tjoan) dan Jim Lim (Jim Adhi Limas) yang se-angkatan dengan W. S, Rendra , Soekarno M. Noor dan Asrul Sani
Sekian dahulu, demikian komentar dan catatan saya atas kiriman WA Time Line Etnis Tionghoa dan korespondensi email diatas
Terima kasih, salam kenal dan hormat saya
Lawrence A. Limas di Bandung
Dear Master Herman.Blog ini sangat bagus,apalagi bagi generasi muda Tionghoa agar tahu sejarah keberadaan Tionghoa di Nusantara.Saya mohon ijin berikan usul,selain ttg bagaimana orang Tionghoa jadi sasaran empuk kepentingan poitik sejak zaman Belanda,juga dibahas 1)orang Tionghoa yg punya jasa baik sebelum merdeka dan sesudah merdeka,di semua bidang baik politik atau seni (perfiliman) 2) orang Tionghoa yg juga beberapa mencemari nama Tionghoa krn mengutamakan kepentingan diri 3)bagaimana dg Tionghoa non Konghucu & non Budha,krn ada juga yg punya jasa tgp Republik mereka tetap Tionghoa.Mohon maaf atas kelancangan saya. Trima kasih,
Hi Herman Susanto!
Tentu, kita berusaha untuk melengkapi artikel2 tokoh Tionghoa yang berjasa di Indonesia.
Berikut kumpulan artikel tokoh Tionghoa di Indonesia : Tokoh Tionghoa Indonesia
Namun untuk saat ini kita kekurangan penulis untuk mengerjakan hal tersebut.
Jika Anda bersedia untuk menjadi penulis lepas untuk melengkapi artikel2 di kategori tokoh Tionghoa ini, kami akan sangat berterima kasih 🙂