Last Updated on 27 August 2018 by Herman Tan Manado
Saya tidak bisa berkata apa-apa ketika teman saya bilang sudah terlambat. Melihat wajah saya tanpa ekspresi dia pun melanjutkan “Sebetulnya tidak segampang itu untuk roh bisa merasuki manusia. Setiap orang memiliki Jiwa Utama, dan Jiwa Utama adalah energi Yang.
Energi Yang (positif) manusia harus berada pada kondisi titik terlemah, tubuh baru bisa bisa dirasuki. Ketika berhasil dirasuki, energi Yang akan melemah dikarenakan berbaur dengan energi Yin. Dan hal yang sebaliknya pun terjadi. Energi Yin dikarenakan bergabung dengan energi Yang akan mengalami kerusakan.
Jadi, kalau roh tersebut tidak memiliki dendam mendalam, mereka umumnya tidak akan mau mengorbankan dirinya untuk mencari gara-gara.”
Setelah mendengar itu, saya pun cepat-cepat bertukas “Kami sama sekali tidak ada dendam dengan rohnya, seharusnya dia tidak akan mencari kami untuk mengganggu kan?”
Teman saya hanya tersenyum berkata “Moga-moga saja begitu. Kalau saya jadi kamu, saya tidak akan tinggal di kamar itu lagi. Terus jimat yang dulu pernah saya kasih ke kamu, apa kamu masih pakai?”
Untungnya jimat itu terus berada di sisi saya. Saya sebetulnya masih ada beberapa pertanyaan yang ingin ditanyakan ke dia. Tetapi karena sudah malam lagi, jadi saya pun tidak enak hati menahan dia lebih lama.
Semenjak kejadian itu, saya sudah tidak balik ke kampus selama beberapa hari karena memang tidak ada kelas. 4 hari setelah kejadian, saya baru balik ke kampus lagi. Waktu itu saya kembali ke asrama pada saat siang hari. Di dalam kamar saya melihat si B. Melihat saya, dia hanya bertegur sapa kemudian tidak omong apa-apa lagi.
Saya pun dengan penasaran bertanya ke dia apakah selama beberapa hari terakhir ada kejadian apa-apa. Apakah semuanya baik-baik saja?
Dia bilang belakangan dia sedang sibuk mempersiapkan ujian, mana ada mood untuk mengetahui urusan orang lain. Seharusnya yang lain pun baik-baik saja. Setelah mendengar begitu, saya merasa agak tenang. Karena kebetulan sama-sama belum makan siang, kami berdua pun makan siang bersama di kantin.
Pada saat makan, saya pun bertanya apa belakangan masih main jelangkung. Dia menjawab tidak ada. Semenjak kejadian itu, siapa yang masih berani memainkannya? Lalu di sela-sela pembicaraan dia juga mengeluh, air di kamar mandi kamar kami belakangan tidak panas. Gara-garanya dia lebih sering mandi air dingin.
Sebelumnya saya harus menjelaskan dulu.
Setiap kamar di asrama Dazhuang ada sebuah kamar mandinya. Tetapi air panasnya berasal dari pemanas raksasa, yang artinya air panas hanya datang pada waktu tertentu saja. Dikarenakan ada waktu, maka alur kami adalah, ambil air panas ini kemudian ditampung ke dalam bak mandi.
Bak mandi kami bisa menahan panas air. Jadi kalau ada yang telat pulang, masih bisa ambil air dari bak untuk mandi. Kata si B, setiap kali air panas disimpan ke bak, tidak sampai setengah jam airnya akan mendingin. Padahal biasanya bisa bertahan selama 2 jam. Sebetulnya agak aneh juga, soalnya di luar juga tidak terjadi perubahan cuaca. Tetapi waktu itu, saya tidak terlalu mempedulikannya.
Waktu itu saya bermain bola sampai jam 7:30 malam. Rencananya sih sehabis main bola mau langsung pulang ke rumah. Tetapi akhirnya saya memutuskan mandi dulu di asrama. Pada saat mau mandi ternyata air di bak sudah dingin. Seingat saya, waktu air panas biasanya sampai jam 8. Sekarang baru jam 8 lewat 10 menit, mengapa airnya sudah dingin?
Karena kebetulan teman sekamar pada tidak ada semuanya, saya pun beralih ke kamar sebelah untuk pinjam kamar mandi. Untungnya air di bak mereka masih panas. Saya pun bertanya, apa air ini baru ditampung?
“Nggak, ini sudah ditampung jam 7 lewat.”
Saya pun merasa aneh, tetapi akhirnya memutuskan untuk mandi dulu. Selesai mandi, karena teman sekamar masih belum pulang, saya pun kembali ke kamar sebelah ajak obrol. Seharusnya saya tidak usah obrol sehingga tidak perlu tahu apa-apa, tetapi karena saya akhirnya mendengarnya juga, jantung saya hampir saja copot gara-gara itu …
Teman itu tanya apa teman sekamar saya tidak tampung air panasnya? Kok gak ada air panas buat mandi? Seharusnya ada ditampung, jawab saya. Soalnya pas sore-nya saya lihat bak masih dalam keadaan kosong. Barusan balik dari main bola, air bak sudah terisi penuh, hanya saja sudah dingin. Lagipula dengar dari teman sekamar, kejadian ini sudah terjadi beberapa hari.
Teman ini lalu cerita, 1-2 hari yang lalu pada saat saya tidak ada di kamar, terjadi sesuatu yang aneh. Saya pun penasaran.
Dia beberapa hari ini sedang sibuk menyusun laporan sehingga jam 2-3 baru tidur. Beberapa hari yang lalu, kira-kira jam 1 lewat, dia mendengar suara perempuan yang menangis. Tidak lama-lama suara tangisan itu tiba-tiba berubah menjadi suara cekikikan. Kadang suaranya terdengar seperti tangisan dan cekikikan.
Pas awal-awal mendengar suara itu, suaranya kecil dan samar-samar. Terlalu samar-samar, malah dia merasa mungkin suara itu hanyalah halusinasi dirinya sendiri. Jadi biarpun merasa tidak nyaman, dia tidak mempedulikannya. Tanpa diduga malam keesokan harinya dia kembali mendengar suara yang sama, dan kali ini lebih kuat!
Dia pun mencoba membangunkan teman sekamarnya. Ternyata teman sekamar pun mendengarkannya!
Setelah yakin itu bukan halusinasi, mereka pun membuka pintu kamar, dan melihat keluar mencoba menangkap orang yang usil. Hanya saja setiap kali mereka berada di koridor, suaranya menghilang. Setelah balik ke kamar juga tidak terdengar suara lagi. Beberapa saat kemudian teman itu pun kembali tidur.
Sejam kemudian suaranya muncul kembali. Kali ini lebih jelas. Dan sepertinya sumber suara berasal dari kamar sebelah!
Dia akhirnya berjalan perlahan-lahan ke depan kamar kami dan menempel kupingnya ke pintu kamar. Ternyata suaranya memang berasal dari dalam. Dia ingin mengetuk pintu, tetapi tidak ada keberanian untuk melakukannya. Pada saat dia sedang dalam keadaan dilema antara mengetuk atau tidak, tiba-tiba pintunya terbuka sendiri.
Teman ini terkejut bukan main, sehingga secara reflek mundur beberapa langkah. Ternyata yang membuka pintu adalah si C!
Teman ini awalnya kaget setengah mati. Tetapi setelah dilihat lebih jelas ternyata si C, yang juga kenalannya, dia pun memarahnya karena melakukan hal-hal aneh. Namun anehnya si C terlihat seperti tidak menghiraukannya. Dia pun berjalan menuju pintu di samping (pintu keluar Aula Daren yang paling dekat). Teman saya itu memanggilnya beberapa kali, tetapi tidak digubris sama sekali.
Keesokan harinya si C sudah kembali di kamar. Ketika ditanya apa alasannya keluar dari asrama secara sembunyi-sembunyi. Si C hanya menjawab dia tidak pernah keluar asrama di tengah malam. Setelah mendengar jawaban itu, ditambah suara aneh, si teman ini pun mulai paham apa artinya dan tidak menanyakan lebih lanjut lagi …
Bersambung ke part 14