Last Updated on 26 August 2018 by Herman Tan Manado

Pertama-tama mereka membakar kertas orang mati di wastafel. Mereka juga menaruh ranting kayu banyan ke atas piring berisi air hujan. Habis itu air hujan baru dituangkan ke dalam wastafel. Setelah itu mereka menutup seluruh lampu kamar, menyalakan 2 lilin putih dan mulai permainan jelangkung sekali lagi.

Saya yang berdiri di samping sebagai penonton merasa agak was-was karena kali ini mereka kelihatannya serius.

Pas awal-awal permainan, kayaknya masih mereka yang menggeser-geserkan piringnya. Salah satu teman, saya sebut B, dia bertanya apakah tahun ini dia akan mendapat pacar. Tanpa diduga teman C langsung memotong, “Yang penting cewek, mau manusia atau hantu tidak apa-apa!”

Pada saat si C omong seperti itu, kami berempat langsung terkejut bukan main. Si A dan B langsung maki-maki si C. Waktu itu A dan B duduk di dua sisi masing-masing dekat ranjang. C duduk di dekat tembok. Sedangkan yang satu lagi duduk membelakangi pintu kamar.

Gara-gara itu, mereka merasa tidak ada niat untuk main lagi, jadi menggerakkan piringnya kembali ke titik tengah (mereka dorong sendiri), dan memadamkan lilin.

Di sini mulai terjadi keanehan. Saat mereka mencoba meniup salah satu lilin, entah kenapa lilin itu menyala kembali. Hal itu terjadi sampai 4 kali! Tidak hanya itu, ketika lampu kamar dinyalakan kembali, cahaya nya juga redup. Baru kami membukakan pintu kamar, kemudian memindahkan kasur yang menutupi jendela, lampunya bersinar terang kembali!

Menyaksikan itu, kami mulai merasa merinding. Saya betul-betul kesal dengan mereka yang melakukan kegiatan berbahaya itu.

Semua pada merasa merinding, tapi karena semuanya adalah anak cowok, jadinya pada mulai cerita lucu untuk menghilangkan rasa seramnya. Setelah obrol sekian lama, masing-masing pergi tidur. Saya sendiri malam itu tidur nyenyak, tidak ada kejadian apa-apa. Keesokan harinya saya berencana pulang ke rumah.

Keesokan harinya, saya terbangun pagi-pagi. Tapi masih terasa malas mau bangkit dari kasur. Saya masih memikirkan apa mau pulang ke rumah atau tidak. Pada saat itu, si C yang tidur di atas (ranjang bagian atas) tiba-tiba bangun. Dia melompat turun kemudian bergegas ke kamar mandi. Saya masih kesal dengan dia gara-gara kejadian dia semalam itu. Apa sekarang dia terjadi sesuatu?

Beberapa menit kemudian dia keluar dari kamar mandi. Pas dia keluar, saya dengan bercanda bertanya apa dia bermimpi ketemu setan, kalau enggak kok bangunnya pagi-pagi amat. Baru saja selesai omong, saya melihat kaki C ada sesuatu yang bergerak. Begitu dilihat lebih detail, saya hampir pingsan, ternyata ada ular ukuran sedang di kakinya!

Walaupun waktu itu pagi hari dan di luar sedang hujan, sehingga kondisi di dalam kamar agak remang-remang. Tetapi saya bisa dengan sangat yakin bahwa itu adalah seekor ular. Di tubuh ular itu terdapat garis setrip hitam merah. Kebetulan posisinya berada diantara ke dua kaki si C.

Saya akhirnya berteriak “Ular! Ada ular di kakimu!”

Dianya yang masih bengong-bengong sampai ular itu melintas dia akhirnya pun ikut kalang kabat. Saya melihat ular itu meliuk masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah kami berdua ribut sesaat, 2 teman kamar yang lainnya pun terbangun. Mereka antara percaya dan tidak percaya kalau ada ular di dalam kamar asrama. Saya cerita kalau ular itu sudah memasuki ke dalam kamar mandi. Tetapi karena tidak yakin apakah ular itu berbisa atau tidak, kami tidak berani sembarangan bertindak.

Di saat itu, saya memutuskan mengambil sapu untuk dijadikan senjata memukul ularnya. Anak-anak yang lain pada mengawasi pintu kamar mandi barangkali si ular tiba-tiba keluar lagi.

Begitu mendapatkan sapu saya langsung bergegas masuk ke kamar mandi. (Sebetulnya saya juga takut ular. Tetapi mengingat ada ular di dalam kamar asrama, maka mau tidak mau harus diusir atau dibunuh). Saya dengan hati-hati menyelinap masuk ke kamar mandi. Mencari dengan seksama.

Ukuran kamar mandi tidak seberapa, tetapi saya tetap tidak bisa menemukannya. Saya kemudian bertanya ke yang lainnya apakah mungkin ularnya keluar? Pada menggeleng-geleng kepala.

Tapi kami tidak putus asa, kami mencari seluruh tempat di kamar. Di bawah ranjang, di lemari, di bawah meja, bahkan pakaian pun kami geledah. Tetapi tidak ada satu jejak mengenai keberadaan ular sama sekali. Pada saat ini teman-teman yakin saya pasti salah lihat. Bikin heboh di pagi hari saja. Tetapi saya sangat yakin, saya melihat ular tersebut!

Hari itu saya memutuskan pulang ke rumah. Sesampai dirumah, saya masih terus memikirkan kejadian semalam dan kejadian tadi pagi. Jadi saya memutuskan mengajak teman saya yang paham Tao itu makan-makan sembari cerita ke dia mengenai kejadian itu. Sekalian meminta pendapat dia, apa sebetulnya yang terjadi.

Saya menceritakan insiden ular terlebih dahulu. Soalnya saya takut begitu menceritakan mengenai jelangkung, akan langsung dimarahi habis-habisan oleh dia.

Ternyata pengetahuan dia mengenai ular juga sangat luas. “Umumnya kalau tidak diganggu oleh manusia, ular tidak akan sengaja pergi ke tempat orang ramai. Apalagi sengaja menerobos melalui kaki manusia di bawah, ular tidak pernah melakukan hal seperti itu.”

Kemudian saya juga menyinggung kalau kulit ular tersebut bersetrip hitam merah. Malah perbedaan warnanya cukup kentara. Sang teman sehabis mendengar itu pun matanya terbelalak. Dia bilang ular itu bukan ular biasa. Ular ini adalah ular Yin (ular yang bersifat Yin). Umumnya ditemukan di sekitar perkuburan.

Konon, hantu suka merasuki ular jenis ini. Jadi kalau melihat ada ular seperti ini di dekat manusia, itu artinya orang itu sengaja memprovokasi arwah di dunia sana. Mungkin dia berbicara sesuatu yang tidak pantas atau tidak sopan. Kalau sampai ular itu menerobos di bawah kaki, ini artinya rohnya hendak merasuki tubuh orang bersangkutan. Umumnya ini terjadi di hari hujan.

Setelah mendengar itu, saya mulai terlihat kalut. Teman saya menyadari perubahan wajah saya, dia pun bertanya apakah sudah terjadi sesuatu. Di saat seperti itulah saya dengan terpaksa membeberkan semuanya mengenai permainan jelangkung ke dia. Alisnya terus mengerut seiring saya bercerita dan dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun…

Bersambung ke part 12

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?