Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan

Bab 2 : Seolah olah menggunakan ilmu sihir, seorang pemuda cerdik telah menuntaskan sebuah masalah pelik dan berhasil menyulut api asmara

Mungkin para pembaca tidak berhasil menebak apa sebab musabab yang membuat pemuda Khu bisa mengetahui kejadian2 di rumah gadis pujaan nya. Kita teruskan penuturan nya.

Yang membuat si pemuda she atau marga Khu mengetahui kejadian2 dirumah pujaan hatinya ternyata bukan manusia dan juga bukan hantu, melainkan sebuah alat.

Sebuah alat pembantu mata untuk melihat jauh. Meskipun manusia yang menggunakan nya mempunyai darah dan daging, tapi alat tsb mampu memberikan suatu kekuatan Supernatural kepada pengguna nya, yang bagaikan dewata bisa memperhatikan hal2 menarik dari kejauhan.

Dengan benda langkah itu, pemuda Khu tidak perlu merasa kawatir orang2 sejaman nya akan sanggup membongkar rahasia, yang sebenar nya adalah hal lumrah saja. Alat itu bukan berasal dari Tiongkok, melainkan dari Tanah barat jauh diseberang lautan selatan. Oleh karena nya sangat langkah.

Bila ada satu atau dua orang di Tiongkok memiliki barang tsb umum nya hanya sekedar koleksi benda langkah, tanpa berusaha ingin tahu kegunaan sebenarnya, bahkan tidak menganggap sebagai barang berharga, hanya sebagai mainan yang menarik.

Tuan muda Khu berusaha menemukan keampuhan si barang langkah dan secara rahasia menggunakan nya untuk tujuan pribadi, yaitu urusan asmara!

Untuk urusan2 tidak berguna, bagi nya terlalu sayang untuk menggunakan nya, lebih baik disimpan dalam laci penyimpanan. Tetapi, bila sudah menyangkut urusan mengincar gadis rupawan, maka diambil lah benda langkah itu dengan penuh rasa hormat.

Kemudian menyiapkan meja sembayang dan menyembayangi nya. Berdoa kepada nya sebagai dewa kwi-jin (dewa penolong), memohon bantuan dan berkat, semogah berhasil dengan baik menembusi rahasia sarang perawan.

Orang-orang tionghoa dulu mengatakan adanya Dewa Penolong (dewa kwi-jin) yang akan menemani manusia bila sedang berbuat kebaikan. Si Tabib sakti dari ibukota propinsi menjadi kwi-jin bagi tuan Tschan, tapi tidak bisa jadi kwi-jin bagi ku. Justru “Mata seribu Li” itulah kwi-jin bagi ku.

Tanpa melangkahkan kaki meliwati ambang pintu dengan bantuan Dewa Penolong bisa melihat mahluk indah di tempat jauh, seakan akan didepan mata.

Tentu kalian menjadi tidak sabar dan bertanya: Benda apakah itu? Cerita nya begini: Pada suatu hari pemuda Khu berjalan jalan di kota bersama beberapa kawan nya, ketika meliwati sebuah toko mereka melihat satu benda aneh dengan pelakat bertulisan “Cermin seribu Li”.

Mereka belum pernah melihat benda semacam itu, lalu menanyakan pada pemilik toko mengenai kegunaan nya. “Untuk melihat jauh. Dari tempat tinggi benda ini bisa membantu kita melihat pemandangan di tempat jauh dengan jelas.” jawab pemilik toko dengan ramah.

Para pemuda merasa tidak percaya, bahwa ada peralatan mempunyai kebisaan begitu ajaib. Pemilik toko pun berkata: “Anda tidak mengerti, biar saya jelaskan”. Lalu diambil nya selembar surat kabar dan ditempelkan di dinding di seberang jalan seraya mempersilahkan para pemuda itu bergantian membaca nya dengan bantuan peralatan ajaib.

Mata ajaib bab 2
“Bukan main, luar biasa sekali, kok bisa2 nya yah melihat huruf2 kecil dari jauh” puji para pemuda itu dengan perasaan terkagum kagum, lalu mereka rebutan ingin membelinya.

Lalu pemuda Khu berkata: “Teman2 biarkan lah aku memiliki benda ini untuk 1 tahun, tahun depan pada hari dan bulan yang sama akan menjadi milik kalian sebagai milik bersama”.

Setelah berdikusi sana sini akhir nya teman2 nya setuju. Setelah dibayar, lalu alat itu dimasukan ke lengan baju nya dan berjalan pulang dengan hati gembira.

Tiba dirumah, otak nya pun bekerja, Dengan benda ini dari tempat tinggi aku bisa melihat ke tempat jauh, bukan hanya pemandangan dan benda2, juga aku dapat memperhatikan manusia dari jauh seolah olah di depan mata. Lebih tepat kalau benda ini disebut “Mata seribu Li”.

Umur ku sudah hampir 20 tahun, secepat nya aku sudah harus mempunyai tunangan, tapi secara membuta seperti membeli kucing dalam karung aku tidak sudi, aku ingin mendapat gadis sesuai keinginanku, cantik, terhormat, dan dari keluarga Mandarin (Pejabat tinggi) terpandang.

Sayang nya gadis2 dari keluarga Mandarin tidak dapat dilihat sebelum menikah. Sedangkan gadis2 dari keuarga rakyat biasa aku tidak mau dan para comblang juga sudah tidak benar, memuji muji gadis yang di usulkan nya sebagai mahluk cantik dari keluarga kaya raya, tapi kesudahan nya mengecewakan.

Sekarang peralatan ajaib ku, “Mata seribu Li” harus membantu mencari gadis idaman atas pilihan mata ku sendiri. Meskipun gedung2 Hartawan memiliki tembok2 yang tinggi, tapi itu hanya melindungi penglihatan dari dekat dan tidak akan dapat melindungi penglihatan dari tempat tinggi di ke jauhan.

Aku akan mencari sebuah Menara tinggi di Pegunungan sekitar sini. Dari atas sana “Mata seribu Li” akan ku arah kan ke rumah2 besar mencari apa yang kucari.

Meskipun tempat tinggal para wanita letak nya tersembunyi dan dikelilingi pagar pelindung, tapi selalu ada celah dinding, jendela bulan, balkon, teras, dan pintu yang akan memberiku kesempatan untuk melihat anak gadis pemilik gedung

Bila kemudian aku menemukan apa yang kucari dan lebih menarik dari yang lain, maka selekas nya aku akan mengirimkan seorang perantara untuk meminang nya. Dengan ini aku tidak akan salah pilih calon istri.

Mata ajaib bab 2
Dipikir dan dikerjakan. Ia pergi ke sebua Biara yang letak nya di Gunung kecil yang agak jauh dari kota, dan menyewa sebuah kamar. Ia akan tinggal disini untuk sementara untuk menekuni pelajaran nya sambil menikmati pemandangan. Begitulah pengakuan nya pada kepala biara.

Hari ke hari ia duduk diatas sana sambil secara teratur mengarahkan “Mata seribu Li” nya kearah perumahan elit di kota. Sesekali ia menemukan gadis cantik, tapi sayang nya bukan yang di idamkan nya.

Suatu hari ia mengambil tempat yang lebih tinggi. Ketika ia mengarahkan “Mata seribu Li” ke rumah tuan Tschan, di tepi kolam ada 10 gadis cantik melepaskan pakaian nya dan telanjang bulat bermain dalam air. Ai, sebuah tontonan yang menegangkan bagi yang mengawasi nya!

Tak lama kemudian tampak seseorang di balkon sebuah lauteng, cantik jelita bagaikan dewi bulan. Untuk itu ia tak perlu berpikir lama, langsung dapat dikenali nya: sudah dipastikan, gadis tercantik di kota, bunga peony langkah, si ratu bunga.

Keputusan nya sudah pasti, hanya “si dia” dan tidak ada yang lain. Lalu ia mengabarkan kepada sanak keluarga dan mengirimkan dua orang perantara, seorang comblang lelaki dan seorang comblang wanita untuk menyampaikan lamaran pernikahan.

Sebelum nya lebih dahulu ia menemui tuan Tschan, tapi bukan sebagai pelamar melainkan dalam peran sebagai pengagum, seorang pengagum seni literatur yang mengharapkan diterima di lingkungan tuan Tschan sebagai murid.

Dengan cara itu ia ingin memberi kesan baik tentang diri nya, untuk mengambil hati tuan Tschan, sebagai calon menantu yang baik. Bagaimana tuan Tschan menerima kedatangan dan surat lamaran nya sudah diceritakan.

Ketika pemuda Khu pulang kerumah selulus nya mengikuti ujian musim rontok di ibukota propinsi, ingatan pertama nya langsung kepada gadis pujaan nya. Tanpa berganti pakaian ia cepat2 ketempat biasa, yaitu pos pengawasan nya di biara diatas Gunung.

Dengan penuh rasa tegang diarahkan nya “Mata seribu Li” ke arah rumah gedung keluarga Tschan. Dan benarlah, “si dia” sedang duduk tepekur sambil lengan nya disenderkan ke pagar balkon.

Tampak wajah nya yang pucat dan menderita! Pipi buah persik nya paling sedikit satu pertiga bagian menghilang. Ia mengartikan itu sebagai akibat kerinduan yang mendalam kepada nya dan menyebabkan “si dia” menderita jatuh sakit.

Cukup lama ia tak mengabarkan si Nona mengenai diri nya. Buru2 dikirim nya si nenek comblang untuk menceritakan “dongeng” nya tentang “Telepathie” dan “Mata batin”. Dan jawaban yang diperoleh merupakan legitimasi usaha nya selama ini, yaitu Sian Sian bersedia menjadi istri nya.

Dengan hati gembira di kirim nya lagi beberapa perantara resmi kepada tuan Tschan untuk membicarakan pernikahan dengan Sian Sian. Sambil menunggu kabar pinangan, ia menyibukan diri dengan Dewa Penolong dan menempati pos pengintaian yang biasa, di tempat tinggi di atas biara.

Dilihat nya si kekasih hati sedang duduk di meja, diatas meja ada selembar kertas tulis motif bunga, di sisi nya sebuah bak tinta, ditangan nya sebuah alat tulis. Kelihatan sekali dia sedang berkonsentrasi menulis bait2 puisi.

Tiba2 pemuda Khu mendapat ide: Sekarang Dewa Penolong ku harus menunjukan kebisaan nya. Sian Sian sedang berpuisi, setiap saat ia akan menulis nya. Aku harus mengetahui apa yang ditulis nya. Kemudian akan kubuat juga puisi yang cocok dan secepat akan kukirim pada nya pada jam yang sama.

Setelah ia mendapat puisi-jawaban dari ku, aku yakin saking terheran heran ia akan meleletkan lidah nya yang berwarna ungu. Kekuatan gaib ku pasti tak akan diragukan nya lagi.

Merasa kawatir surat balasan nya nanti terlambat sampai ke tangan Sian Sian, yang mana tentu saja akan mengurangi daya gertak kagum nya. Maka cepat2 ia menyuruh pelayan biara mencari si nenek comblang, agar si nenek menunggu di Kedai Arak di kaki Gunung, sebuah Kedai Arak yang terkenal dengan arak wangi buatan sendiri.

Dan ia sendiri meneruskan pekerjaan pengintaian. Tapi ada sedikit masalah, Tempat ia mengintai biasa nya lauteng ke 4 atau lauteng ke 5 di menara biara. Dari lauteng ke 5 sulit mengenali huruf yang ditulis Sian Sian. Kertas yang ditulis Sian Sian terletak diatas meja dan bukan ditempel di dinding, mengakibatkan sudut pandang yang hampir rata.

Naiklah ia dari satu lauteng ke atas lauteng lain nya, sampai ia mencapai lauteng ke 13, lauteng tertinggi.

Lebih tinggi lagi tidak bisa, maka “Kaca seribu Li” diarahkan ke target tujuan, fokus pun di setel, oh ajaib sekali, sekarang tulisan bisa dibaca dengan jelas. sebuah puisi empat baris. Tapi tiba2 si Nona terhentak, cepat meremas kertas tulis dan memasuki nya ke lengan baju. Kelihatan nya se olah2 dia merasa ada yang mengintai.

Mata ajaib bab 2
Khu merasa bersalah dan bertanya dalam hati, bagaimana Sian Sian bisa tahu ia mengintai. Tapi kemudian ternyata dugaan itu tidak benar.

Dari tangga lauteng tiba2 muncul seseorang dengan penampilan yang berwibawa, wajah nya menampilkan pengalaman hidup yang sudah kenyang makan asam garam, mengenakan baju panjang dari bahan kapas. Itulah ayah nya nona Sian Sian, tuan Tschan!

Si pemuda merasa tenang kembali dan tersenyum, jadi bukan ia penyebab nya, melainkan kedatangan ayah nya yang mengejutkan si nona.

Setelah menenangkan diri, ia berpikir keras: Sajak si nona baru setengah selesai, jadi akan kuselesaikan, sekalian memasukan bait2 jawaban ku yang berisi curahan hatiku pada nya. Ha! Biasa nya pada kaum muda mudi yang sedang kasmaran, si pria yang memulai dan si gadis yang menjawab, tapi kali ini kebalikan nya.

Juga aku akan mengatakan padanya, bahwa aku melihat nya terganggu oleh kedatangan si ayah ketika sedang menulis sajak, dan aku mengijinkan diri ku untuk menyelesaikan nya. Aku akan berbuat seolah olah itu semua adalah urusan yang paling mudah di dunia. Oh mata nya akan terbelalak keheranan.

Pikiran nya membuat diri nya melambung ke awang2. Dengan terburu buru ia lari menuju ke Kedai Arak di Kaki Gunung. Disambut dengan ramah oleh pengurus Kedai dan para Koki kedai yang semua nya telah mengenal nya. Setelah berbasa basi ia langsung menemui si nenek comblang yang sudah lama menunggu.

Cepat2 mengambil kertas dan alat tulis dari bulu kelinci serta bak tinta, dan menulis, meneruskan sajak si nona yang belum selesai serta sekalian menuliskan padanan jawaban sajak. Lalu diserahkan kepada si nenek comblang dengan pesan untuk segera dan secepat nya diserahkan kepada nona Sian Sian.

Bersambung ke Bab 3

Diterjermahkan Oleh : Aldi Surjana
Disadur dari : www.aldisurjana.com

By Aldi The

Penerjemah novel, salah satunya adalah Jinpingmei (金瓶梅; Jin Ping Mei; The Golden Lotus). Tinggal di Berlin, Jerman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?