Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan

Bab 12 :

Wusung dihukum buang ke perbatasan
Istri2 dan selir2 Hsimen bersenang senang di pavilyun air

Sebagai hukuman atas pembunuhan agen Li, oleh pengadilan Wusung dijatuhi hukuman pukul dengan tongkat sebanyak 40 kali, dikalungkan borgol besi dileher, di mukanya diberikan cap dengan stempel panas, lalu di giring oleh dua orang penegak hukum ke Mongtschou sebagai orang buangan, suatu perjalanan yang sangat panjang.

Sudah tentu Hsimen merasa senang sekali mendengar perihal dibuangnya Wusung ke perbatasan. Ia memerintahkan agar pavilyun air di pojok belakang taman, di hias dan dipercantik untuk digunakan sebagai tempat pertunjukan grup pemusik, penari dan penyanyi. Kelima istrinya dikelilingi pelayan2 ikut meramaikan pesta.

Pada saat mereka makan minum, datanglah Tai A’rl mengiring dua orang anak, seorang lelaki dan seorangnya lagi perumpuan, masing2 membawa sebuah bungkusan ditangan.

“Rumah tetangga Hua mengirimkan bunga!” lapor Tai A’rl

Kedua nya menyembah kehadapan Hsimen dan nyonya bulan, lalu menempatkan diri kesamping dan berkata :

“Nyonya besar kami mengirimkan untuk nyonya Hsimen sedikit kue dan Bunga untuk rambut!”

Mereka membuka bungkusannya dan meletakannya dihadapan nyonya bulan. Nyonya bulan merasa sangat senang.

“Merepotkan nyonya besar kalian saja”, lalu ia memberikan kue2 manis kepada kedua anak2 tersebut. Selain itu, yang perumpuan mendapat hadia sapu tangan, dan yang lelaki mendapat hadia sedikit uang. Ia menanyakan nama masing2 anak, dan membiarkan nya pulang.

“Katakan terimakasih pada nyonya besar kalian!” tambahnya.

“Nyonya Hua ini sungguh baik hati dan menyenangkan”, kata nyonya bulan kepada Hsimen. “Aku belum sempat membalasnya”.
“Teman Hua menikahinya dua tahun yang lalu” tambah Hsimen, “Ia selalu memuji karakter nya yang baik. Kalau tidak begitu, bagaimana ia membiarkan dua orang dayang cantik disampingnya?”

“Aku sudah pernah berjumpa dengannya satu kali” kata nyonya bulan lebih lanjut, “Pada waktu penguburan Kepala kasim Hua. Ia seorang yang baik dan simpatik, umurnya kalau tidak salah paling banyak 25 tahun”

“Dulunya ia adalah seorang selir dari Sekretar besar kekaisaran dari Tamingfu yang bernama Liang. Kepada suaminya yang sekarang ia membawa kekayaan yang tidak sedikit”
“Lain kali kita harus membalas perhatiannya”

Para pembaca, yang disebut sebagai nyonya Hua adalah seorang wanita yang terlahir dengan nama Li, dan karena pada hari kelahiran nya orang tuanya mendapat hadiah jambangan ikan dari kenalannya, maka ia mendapat nama Ping (jambangan, Pot).

Seperti sudah diceritakan ia dulunya seorang selir Sekretar besar Liang, yang bermertuakan Kanselir Tsai di Ibukota. Istri utama Liang orangnya sangat pecemburu, dan telah membunuh beberapa gundik cantik dan dayang, yang diam2 dikubur dipojok belakang taman.

Karena wanita kelahiran Li ini adalah favorit nya, maka untuk jaga2 Liang telah menyembunyikannya di bangunan sayap sebuah perpustakaan di dekatnya, dan hanya dilayani oleh dayang terpercaya. Suatu malam, ketika tuan Liang bersama istri utamanya, terjadi satu peristiwa, dimana tuan Liang beserta seluruh keluarga dibunuh.

Hanya si wanita kelahiran Li dan dayangnya yang berhasil menyelamatkan diri. Ia melarikan diri kerumah keluarganya di Ibukota timur. Dalam kesempatan itu ia masih sempat menyelamatkan 100 buah mutiara besar dari barat dan beberapa buah Batu Pirus berwarna biru, seberat dua ons (1 ons = 28,35 gram).

Belakangan ia diambil mantu oleh Kepala kasim Hua untuk keponakan nya Tsehsu yang belum menikah. Ketika kemudian Hua tua diangkat menjadi Komisaris Pertahanan di selatan, pasangan muda itupun diajaknya, dan tinggal bersama di tempat tugas yang baru.

Setelah Hua tua meninggal karna penyakit dan dikubur di Tsinghohsian, semua kekayaan kasim kepala Hua yang sangat besar jatuh ketangan keponakan nya

Keponakan Hua Tsehsu ini, seperti yang sudah diceritakan sebelum nya, termasuk salah satu dari sepuluh orang yang mengangkat saudara di sebuah Kuil Tao di Tsinghohsian.

Setiap hari kerjanya hanya berkumpul di Kedai arak atau di rumah pelesiran bersama Ying Pokue atau Hsia Hsita dan anggota ‘klub 10’ lainnya. Saudara se-klub nya kecuali Hsimen adalah orang miskin, yang tentu saja berusaha agar si kaya Hua mentraktir pesta dan buang uang. Jadi tidak heran, kalau ia 3 atau 5 malam tidak pulang kerumah.

Sampai tengah malam pesta di pavilyun air baru bubar. Hsimen memilih pergi ke kamar tidur istri favoritnya. Ia sedikit mabuk dan pengaruh arak membuatnya kepingin bermain cinta.

Teratai emas merapihkan tempat tidur dan membakar dupa wangi. Kemudian mereka membantu satu sama lain membuka pakaian dan menyelinap kebawah kelambu sutra. Malam ini Hsimen sedang malas main awan dan hujan. Ia lebih suka menikmati kepiawaian Teratai emas meniup seruling.

Teratai emas duduk diatas tubuh Hsimen sambil menempatkan jari jemari nya diatas seruling. Seruling dipegang dan dimasukan ujungnya kedalam mulut keluar masuk berirama. Dengan nyaman Hsimen mencondongkan kepalanya kedepan, mendengarkan suara yang keluar dari bibir Teratai emas, semakin lama semakin menaikan semangatnya.

Tiba2 ia berteriak memesan teh, dan langsung kemudian muncul dayang Bunga plum kedalam kamar. Teratai emas merasa malu, cepat2 menurunkan tutup kelambu. Hsimen tersenyum.

“Kenapa engkau merasa risih terhadapnya? Nyonya Hua dari rumah sebelah, sama sekali tidak merasa risih bila suaminya berhubungan badan dengan dayangnya.

Selain itu, dayang nya nyonya Hua seumur dengan Bunga plum. Itu, dayang yang kecilan, yang tadi membawa Bunga. Barang cantik keduanya! Wah, si Hua ini, siapa yang percaya, kalau dia menggarap gadis yang begitu muda!”

Dengan santai Teratai emas melemparkan pandangan mengujinya pada Hsimen.

“Nakal kau!” Tapi aku tidak ingin ribut denganmu, Sudah tentu kau menginginkan si Bunga plum. Baik, kau pakailah dia! Untuk apa bicara berputar putar mengelilingi gunung, bila yang dimaksud penggilingan padi yang di belakang itu?

Engkau tidak perlu menggunakan wanita lain sebagai contoh padaku. Aku tidak begitu, sama sekali tidak, Ok, besok aku akan mengatur waktu agar kau bisa menggarap si kecil.”
Hsimen tertegun, “Sayangku, kau benar2 mengerti untuk memenuhi kebutuhanku, aku harus sangat mencintaimu!”

Dan, pembicaraan itupun berakhir dengan harmonis. Ketika kemudian permainan seruling selesai, akhirnya tidurlah mereka, kepala nempel kepala, dan paha nempel paha dengan rapat.

Teratai emas menepati kata2 nya. Karena pada keesokan harinya, ia menghabiskan waktu nyonya bulan. Sehingga Hsimen bisa menggarap Chunmei (Bunga plum) tampa gangguan.

Sejak saat itu, Chunmei sangat senang atas semua keistimewahan yang dilimpahkan Teratai emas padanya. Kedepan, ia tidak perlu lagi mengerjakan pekerjaan kasar, tidak perlu lagi menyibukan diri dengan kuali masak di dapur atau membersihkan kompor karatan. Satu2 nya yang harus dikerjakan, ialah merapihkan ranjang dan melayani minum teh.

Semua pakaian dan perhiasan yang diminatinya diperoleh dari Teratai emas, yang diberikan dari miliknya sendiri. Ia mengajarkan juga pada Chunmei cara mengikat kaki agar kecil (Pada jaman itu, wanita berkaki kecil dianggap seksi).

Chunmei, selain cantik jelita, juga sangat cerdas dan tangkas dalam menjawab, selalu riang dan senang bercanda, sangat berlainan dengan Bunga aster yang kaku dan sering mendapat pukulan dariTeratai emas.

Bersambung Bab 13

Karya : Lanling Xiaoxiao Sheng
Diterjemahkan Oleh : Aldi Surjana

By Aldi The

Penerjemah novel, salah satunya adalah Jinpingmei (金瓶梅; Jin Ping Mei; The Golden Lotus). Tinggal di Berlin, Jerman.

One thought on “Teratai Emas (Chin Ping Mei) Bab 12”
  1. Terjemahannya mudah dimengerti dan menarik. Tolong kelanjutan ceritanya donk. Trims.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?