Last Updated on 17 October 2022 by Herman Tan Manado
Saya beberapa bulan yang lalu mengelilingi kota2 besar di Indonesia, seperti Medan, Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, sampai Manado karena tuntukan pekerjaan.
Sekalian saya ambil waktu sedikit buat jalan2 mengelilingi setiap kota yang saya kunjungi; tentu saja yang tidak akan saya lewatkan adalah berkunjung ke beberapa Kelenteng lokal.
Karena tidak menguasai lokasi, saya menggunakan jasa taksi. Miris memang, saya malah menemukan banyak Kelenteng yang sudah tidak berpenghuni. Bahkan biokong (penjaga kelenteng) pun tidak ada, dan kadang hanya ditunggui oleh warga setempat.
Ini berbanding terbalik dengan kondisi tempat ibadah umat Nasrani yang penuh sesak oleh etnis Tionghoa. Saya sendiri tinggal di Jakarta, sering mengamati banyak orang Tionghoa yang berbondong2 datang ke Gereja untuk sekedar mendengar khotbah/doktrin dari pendetanya.
Saya sering berpikir, apa alasan mereka untuk pindah Agama?
Lah, masa sih “Bapak” orang lain mau dianggap sebagai “Bapak” sendiri?
Populasi etnis Tionghoa yang masih memeluk kepercayaan asli leluhurnya terus menurun dari tahun ke tahun. Kalaupun ada penambahan, hanya karena ikatan perkawinan yang mengharuskan untuk pindah kepercayaan, bukan keiklasan atau kesadaran.
Boleh dibilang masuk 1 keluar 10. Kalau begini, lama2 akan habis juga cepat atau lambat.
Salah satu penyebab utama yang dapat saya tangkap, adalah karena begitu banyaknya mitos, tahayul, tradisi, kebiasaan, dan lain sebagainya tentang budaya Tionghoa sendiri yang sulit dicerna oleh akal sehat.
Hal ini yang dimanfaatkan oleh Agama lain untuk menarik domba gemuk yang siap disembelih umat2 berduit dari etnis Tionghoa, untuk membangun tempat ibadah mereka sampai besar, bertingkat2, dan bercabang2!
Mereka memberikan doktrin, bahwa kepercayaan dan agama Tionghoa itu penyembah berhala/setan, tidak logika, musyrik, sesat, dan lainnya. Hasilnya bisa di lihat, pemuda/i Tionghoa sekarang rata2 sudah pindah Agama bukan?
Sisa petua-petui yang sudah bau tanah berumur saja yang kebanyakan masih menjalankan tradisi/kebisaan leluhur secara penuh.
Baca juga : Akuilah Bapakmu Sebagai Bapakmu, Bukan Bapak Orang Lain Sebagai Bapakmu!
Kalaupun mereka (muda/i) masih ikutan, itu karena terpaksa, atau karena tradisi itu dianggap masih menguntungkan mereka, seperti :
1. Tradisi Imlek : Bisa dapat angpao! Tentu harus ikut ini. Kalau engga, ya tidak dapat duit. Tapi hanya di sesi makan2 bersama saja. Sesi sembahyang H-1 sebelum Imlek engga ikut, karena harus sembahyang pegang dupa.
2. Tradisi Tea Pai : Sama kayak angpao. Engga mau ikut pai tea, jangan harap mau dapat angpao atau emas tebal2 dari keluarga! Tapi masih saja dikadalin. Mereka tidak mau malakukan soja (kui, berlutut) dengan alasan berhala (menyembah selain Tuhan).
3. Pernikahan ala Tionghoa : Yup. Biar dapat angpao banyak dari tamu, tinggal pasang karakter 囍 di pelaminan. Karena Tionghoa identik dengan orang kaya dan eksklusif. Ini fakta di lapangan. Saya banyak menjumpai dan mendegar hal demikian. Jadi istilahnya pakai label Tionghoa gitu.
4. Makan Kue Bulan : Lumayan dapat makanan enak, kue bulan (kue pia) sekotak harganya 100-200 ribu (brand tertentu bahkan bisa diatas sejuta). Lumayan buat dipamerin ke teman.
Kalaupun mesti ke kelenteng, lumayan buat cuci mata, karena biasanya hari itu banyak cewek2 cantik atau cowok2 cakep Tionghoa yang memang kebetulan sembahyang ke kelenteng untuk minta/cari jodoh (referensi : baca cerita Dewa Yue Lao).
Sementara tradisi2 yang “merugikan” mereka, seperti :
1. Ziarah Ceng Beng : Capek mesti ke kubur. Mesti siapin makanan lagi, keluar duit kan? Sudah gitu harus pegang dupa lagi (karena menurut doktrin pendetanya agama barat, PANTANG memegang dupa! Mereka lupa kalau ada bule2 saja ada yang memegang dupa).
2. Sembahyang bulan 7 tanggal 15 : Sama! Mesti keluar duit juga, mending ikut doktrin agama, bahwa itu termasuk penyembahan berhala/setan. Padahal orang2 barat juga merayakan festival Hallowen setiap tanggal 31 Oktober.
3. Pergi sembahyang ke Kelenteng setiap hari sejid Dewa/Dewi : Ke tempat yang penuh asap, kusam, suasana mencekam, panas, mana mau? Belum lagi harus lihat potongan kepala babi di tengah altar kalau ada sembahyang besar?
Idih, jijik deh. Mana cuma datang, pai, pulang lagi (umat cung cung cep). Tidak ada ceramah, suntuk, mending bobok, atau mending ke gereja, adem, wangi. Atau ke mall2, ramai, penuh dengan teman2 sebaya. Siapa tahu dapat gabetan?
4. Sembahyang Ce It dan Cap Go : Waduh harus nyiapin segala keperluan sembahyang di rumah. Keluar duit sih gapapa, tapi kan capek juga. Kalau ke kelenteng, sisa ketemu tua-tui semua, jadi malas duluan. Mending tiap minggu ke Gereja dengar khotbah pendeta, lokasi strategis, ramai, tinggal duduk, dapat bonus cuci mata lagi.
“Jadi jangan kira Mereka patut dipuji karena masih menjalankan “sebagian” dari tradisi Tionghoa. Sebenarnya Mereka hanya mau menjalankan tradisi yang ENAK-ENAK dan yang MENGUNTUNGKAN saja”.
Saya barusan terpikir, kenapa salah satu manusia etnis Tionghoa yang bernama Cristofus Sindunata pada tahun 1967 mendukung Inpres Nomor 14 Tahun 1967? Tentu tak lain agar orang2 Tionghoa terpaksa untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah2 swasta, yang rata2 memang dikelola oleh Nasrani.
Tidak mungkin orang Tionghoa memasukkan anaknya ke sekolah “pribumi”, alias sekolah negeri, yang kala itu kebanyakan berbasis Agama Islam. Bahkan sebagian menerapkan aturan berjilbab adalah hal wajib bagi wanita.
Saya salut, karena ini bisa dibilang investasi jangka panjang beliau. Beliau tidak mengincar generasi BAU TANAH yang se-usianya, karena sadar sebentar lagi sudah mau waktunya 🙂 Ini adalah upaya “kristenisasi massal” kala itu.
Beliau mengincar generasi muda, agar kelak bisa maju pesat dan berkembang di tanah air, seperti halnya agama mayoritas. Jadi semenjak kecil anak sudah dikenalkan dengan firman Tuhan, lama2 pasti pindah agama kecuali takdirnya keras wkwk.
Apalagi teman2 se-usia mereka juga sudah pindah agama. Mana mau ditinggal sendiri? Karena 80% manusia itu bermental pengikut, 15?% provokator, dan 5% adalah pemimpin, yang berani tampil beda menyandang status double/triple minority.
Ketika mereka mencapai usia dewasa, mereka bahkan bisa “lebih militan” daripada yang non Tionghoa. Yap! Mereka tidak segan untuk mengajak orang tua, kakak, adik, keponakan, sepupu, dan saudara2 jauhnya untuk ikut. Banyak contoh kasus menyedihkan yang pernah saya dengar.
Misalnya, ketika orang tua mereka sudah sekarat, sudah tidak sadar, cepat2 mereka ajak pendetanya untuk membaptis. Atau seperti foto diatas. Dimana anak2nya sudah pada pindah agama. Akhirnya malah pembantu dari majikan tersebutlah yang menyembahyangi beliau.
“Konsep Surga dan Neraka itu dibuat untuk menakut-nakuti domba2 gemuk. Nanti kalau sudah pintar semua, dombanya sukar digembalakan 🙂
Agama itu untuk mengatur biar umat tidak kacau. Kalau Agama sampai membuat kita malas menggunakan otak untuk berpikir, mungkin sebaiknya otaknya dikembalikan saja. Jangan sampai agama hanya diperuntukan bagi mereka yang berhenti berpikir”
Saat ini tradisi dan kebudayaan Tionghoa, meski sudah bebas berkembang di tanah air, tapi makin sedikit saja umatnya. Seperti catatan perjalanan singkat saya di awal paragraf, banyak kota besar yang Kelentengnya sudah kosong melompong pada saat sembahyang.
Baca juga : Alasan Makin Menurunnya Pemeluk Agama Tionghoa di Indonesia (Bagian II)
Ini harusnya menjadi tantangan bagi pengurus Kelenteng dan bagi generasi penerus Tionghoa yang masih bertahan, agar bagaimana melestarikan tradisi, kebudayaaan dan agama Tionghoa agar tidak makin terpuruk.
Satu lagi, seperti soal bahasa, dimana kebanyakan orang Tionghoa di Indonesia sekarang (generasi awal 60-an s/d awal 90-an) malah tidak bisa berbahasa Mandarin. Juga tidak bisa memegang sumpit. Sementara orang2 pribumi sekarang malah fasih berbahasa Mandarin dan pintar2 pakai sumpit di restoran chinese food.
Ini fakta yang saya temukan sewaktu makan di beberapa restoran. Lucu memang, tapi itulah kenyataannya.
Catatan : Merupakan pandangan pribadi penulis yang bersifat subjektif (2) Yang dimaksud Agama Tionghoa disini adalah Taoisme, Konghucu, dan Buddha (meski sebenarnya Buddha berasal dari India, namun tumbuh berkembang pesat di Tiongkok). Penggunaan kata Agama Tionghoa hanya untuk mempersingkat judul. So, don’t be stupid.
Ya,saya adalah mungkin salah satu minoritas Anak Muda keturunan tionghoa yang masih bertahan pada Agama Tionghoa,Saya beragama Buddha Mahayana,tpi juga bsa dibilang saya merupakan Aliran Tri Dharma yang menyangkut ajaran Khonghucu dan ragam tradisi Tiong Hoa lainya… dulu saya sempat mau berpindah ke Agama Nasrani,namun karna tidak diperkenankan Ayah,karna saya mikirnya jika semua Keluarga pindah Agama Nasrani,siapa yang mewariskan Agama Keturunan,kemudian saya belajar banyak Ajaran Buddha dan akhirnya berjodoh dengan 1 Boddhisatva/Dewi yang Bernama Kwan Im. kemudian dikenalkan ragam Buddha dan Boddhisatva lainya dan jadi banyak berjodoh
untuk sekarang saya masih jarang sembahyang dengan Dupa/Hio karna jujur saya masih kurang ngerti cara nya yang benar dan takut salah melakukan tata cara
tapi untuk sekarang saya masih Rajin membaca Dhamma,melakukan Nien Fo dan Nien Cing (Membaca Paritta,Mantra serta Melafalkan nama Buddha dan Boddhisatva)
sedih sih kalo diliat liat ajaran dan tradisi nya perlahan dilupakan,apalagi kebanyakkan anak muda pindah agama karna ikutan teman ato males engga mau cari tau tentang Agama dan Tradisi Keturunan.
Tapi untuk tulisan Admin cukup menyakitkan jangan mencap agama nasrani sebagai hal yang buruk atau seenaknya mengumpat mengatakkan bahwa anak muda pindah agama karna hal lainya. hal itu tidak benar karna Panggilan Hati terhadap Agama itu kita ga da yang tau
tpi untuk Agama dan Tradisi ini menurut saya sesuai kesadaran dan kemauan sendiri bkan karna panggilan hati dari Tokoh Suci.
Maaf, tapi Agama Buddha asli tidak menerapkan tradisi TiongHoa, hanya saja orang-orang keturunan TiongHoa banyak yang salah memahami bahwa yang beragama Buddha harus bersembahyang kepada dewa dewi, melakukan tradisi sembahyang leluhur dengan pernak pernik makanan dan dupa sehingga mereka lebih berminat memasuki agama lain yang tidak memerlukan tradisi sembahyang dan bakar uang.
Pernah ada kerabat pindah dari agama buddha ke agama lain dengan alasan tidak ada uang untuk melakukan ritual sembahyang tionghoa dan merasa sia-sia/tidak masuk akal.
Dan tolong jangan bawa nama agama Buddha diartikel ini karena ini membuat saudara yang beragama lain jadi tidak menyukai agama Buddha.
To Yeyen :
1. “hanya saja orang-orang keturunan TiongHoa banyak yang salah memahami bahwa yang beragama Buddha harus bersembahyang kepada dewa dewi,…” : Justru sebagian dari umat Buddha banyak mencatut Dewa/i terkenal, contohnya seperti Kwan Kong (dengan menganggap beliau sebagai Boddistsatwa Pelindung Buddha Dharma), menaruh rupangnya dalam ruang peribadatan/vihara. Ini kesannya, agar supaya umat merasa “oh sama saja ternyata di Buddha juga ada Dewa/i, yo wes sekalian di sini sajalah”.
2. “melakukan tradisi sembahyang leluhur dengan pernak pernik makanan dan dupa” : Pada dasarnya, agama dan budaya BISA dipisahkan. Betapa bodohnya Anda, hanya karena agama lantas menghilangkan kebudayaan sendiri. Apa bedanya dengan agama sebelah, yg menganjurkan umatnya untuk melupakan bapak sendiri, dan mengakui bapak orang lain sebagai bapak sendiri?
3. “sehingga mereka lebih berminat memasuki agama lain yang tidak memerlukan tradisi sembahyang dan bakar uang.” : Tidak ada yg menyuruh Anda untuk membakar uang-uangan kertas. Justru disini kita menghimbau untuk menghentikan, atau setidaknya mengurangi hal tersebut. Bahkan mau sembahyang atau tidak pun tidak ada paksaan. Tidak seperti agama I yg mewajibkan umatnya untuk ibadah 5x sehari, atau agama K yang mewajibkan umatnya untuk beribadah seminggu sekali.
4. “Pernah ada kerabat pindah dari agama buddha ke agama lain dengan alasan tidak ada uang untuk melakukan ritual sembahyang tionghoa dan merasa sia-sia/tidak masuk akal.” : Itu karena konsep agamanya rendah. Tidak bisa disalahkan, ini jika diruntut bisa ditarik sejak orde baru. Orang2 tua juga hanya bilang ya sembahyang saja, tidak tahu apa makna dari sembahyang itu, taunya cung, cung, cep aja di klenteng. Katanya sembahyang itu sudah tradisi, jadi ikuti saja. Hal ini seperti memberi celah agama sebelah.
5. “Dan tolong jangan bawa nama agama Buddha di artikel ini karena ini membuat saudara yang beragama lain jadi tidak menyukai agama Buddha.” : Tidak ada pencantuman agama Buddha diatas, kecuali hanya catatan dari admin karena ada yg bertanya mengenai apa2 saja itu agama tionghoa.
Satu lagi, Anda juga tidak berhak memaksa seluruh umat Buddha untuk berkiblat ke aliran theravada, karena sebagian masyarakat Tionghoa yg beragama Buddha sendiri justru berkiblat ke mahayana atau vajrayana; dimana mereka tidak ada masalah dalam hal akulturasi budaya lokal, seperti dalam tradisi dan kebudayaan tionghoa sendiri.
@HermanTan Dalam Kristen diajarkan untuk menghormati orangtua, termasuk kepada orangtua yg sudah meninggal. Tuhan juga gak melarang memberi hormat kepada orangtua, silahkan saya dengan cara budaya tionghoa, dengan dupa ataupun bersujud silahkan saja tidak ada satu ayatpun di Alkitab yg melarang hormat kepada orangtua ataupun nenek moyang. Tapi kita tau sendiri di Kristen banyak alirannya, jadi mungkin anda ketemu aliran yg melarang hormat kepada orangtua, sebagai informasi banyak aliran kristen yg membuat ajaran baru untuk kepentingan dunia, jadi suka-sukanya buat aturan demi perpuluhan setoran ke gereja padahal ketika kita minta tunjukkan ayatnya mereka tidak tau. Tuhan tidak pernah melarang menghormati orangtua saya tegaskan itu, juga tentang tradisi imlek silahkan lakukan itu adalah tradisi & budaya, atau mau menghormati abu leluhur dengan dupa silahkan. Mau jiarah kubur juga silahkan dalam kristen hal berjiarah juga banyak tertulis. Saya hanya mau meluruskan hal ini, supaya ajaran Kristen jangan dianggap jelek oleh etnis tionghoa, tidak ada larang-larang hormat kepada orangtua, sedangkan Yesus sendiri saja sangat hormat kepada Maria ibunya, ajaran yg anda dengar itu ajaran duit yg melarang-larang hormat kepada orangtua, jadi mereka buat aturan baru yg gak sesuai Alkitab supaya beda dengan gereja lain, setelah berhasil setoran 10% ke gereja mengalir coba bayangkan kaya gak tuh. Padahal menurut Alkitab tidak ada aturan 10% ke gereja, mereka hanya butuh duit. Ajaran kristen di modif supaya duit cair. Akhirnya aliran kristen lainnya jadi kena getahnya, padahal hanya sebagian yg mengaku kristen yg melarang-larang hormat kepada orangtua. Tolong pahami, tidak semua aliran Kristen mengerti isi Alkitab, saya golongan kristen yg mengerti isi Alkitab dengan murni. Semoga kita di Indonesia saling menghormati sesama anak bangsa.
Klo di medan dan palembang mash banyak yg pake bhs hokkian
Ane suka sama salah satu komentar
” Agama urusan makhluk dengan Tuhan nya” Sedangkan “Tradisi urusan makhluk dengan sesama manusia dengan lingkungan nya ”
Itu adalah Hak Asasi Manusia , jadi terserah dia mau meluk keyakinan yang dianut nya , yang terpenting bagaimana dia merealisasikan nya dalam kehidupan.
Dan juga jangan pernah lupa untuk lupakan tradisi kita walaupun dengan cara agama yang mereka anut.
Kalau pembauran tidak terjadi mana mungkin kita dapat diterima di setiap benua. Walaupun awalnya kita yang di diskriminasi tapi apa salah nya kita mencoba untuk bangkit dan memulai duluan untuk membaur .
Kalau masih ada yang berkomentar untuk saling menjatuhkan berarti sama saja kalian tidak menghargai argumen setiap orang dan tidak kritis.
Bagaimama orang lain menghargai kita kalau kita sendiri tidak menghargai orang lain .
Kalo saya mama masih turunan Toto; Papa baba saya sendiri beragama Budha walaupun jarang ke Wihara/Klenteng. Tapi seandainya ada yg mau narik ke gerja pun saya malas seh
Bagaimana menurut teman-teman tentang ISLAM??. karena dalam keyakinan Islam, pada suatu masa, manusia akan memeluk Islam semua. Pew research centre jg memprediksi demikian. Intinya adalah, kalau kita mengakui adanya Tuhan, maka banyaknya agama yang menyeru Tuhan berbeda harusnya menjadikan kita mencari kebenaran Tuhan yang sesungguhnya, karena Tuhan pasti SATU. Maka diantara kesemua keyakinan itu, pasti yang benar hanya SATU. semoga kita semua dituntun menemukan Tuhan yang Satu. Dan yang sudah menemukan semoga tetap pada keyakinan itu hingga kematian dan mempertanggungjawabkan semua perilakunya dihadapan Tuhan yang satu.
Ada ungkapan yang berbunyi “Banyak jalan menuju ke Roma”.
Menurut saya pribadi, Agama itu seperti sebuah “JALAN” menuju ke SANA.
Agama (jalan) apapun yang kamu anut/ikuti, tidak akan menjamin apa-apa, jika kelakuanmu BUSUK.
Tuhan/Allah/Langit/Dewa, semua hanya sebuah sebutan yang menunjukkan bahwa diatas manusia masih ada yang jauh lebih berkuasa.
Mencari jalan kebenaran/TUHAN, adalah soal bagaimana kita mengamalkan perbuatan baik di masyarakat.
Itu saja.
Mas Syaifullah, perkenalkan sy Chinese,Muslim. Mana ayat ALQUR’AN atau Hadits Shahih yang menyatakan bahwas suatu saat semua manusia akan memeluk ISLAM? Sedangkan saat ini saya posting ini berapa banyak manusia didunia yang meninggal bukan dalam status sebagai Muslim.Bahkan, ada Muslim yang minta jimat atau rezeki via dukun (sudah sama dengan murtad). QS Yunus 10(99) sudah jelas mengatakan ALLAH sendiri tidak mau menjadikan semua manusia sbg Muslim kenapa memaksa orang lain memeluk ISLAM? Mohon pahami dengan baik sebelum posting sst.
Wassalam. Salam hormat kepada teman -teman Tionghoa semua.
Sekedar ingin menambahkan, bahwa persentase agama yang di anut oleh orang Tionghoa di Indonesia menurut sensus 2010 adalah sebagai berikut:
– Buddha (49.06%)
– Kristen Protestan (27.04%)
– Katolik (15.76%)
– Islam (4.65%)
– Konghucu (3.32%)
Sumber: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Chinese_Indonesians
Dibandingkan dengan sensus tahun 2000 umat Buddha di Indonesia mengalami kenaikkan.
Jadi kekhawatiran menurunnya pemeluk agama Tionghoa sepertinya tidak kejadian.
sumber :
http://berita.bhagavant.com/2011/12/14/bps-jumlah-buddhis-di-indonesia-meningkat.html
Dalam artikel Berapa Jumlah populasi Etnis Tionghoa di Indonesia? telah kita cantumkan sumber resmi yang berasal dari BPS (Badan Pusat Statistik), badan statistik resmi yang dikelola oleh pemerintah Indonesia.
Tabel kolom Agama yang dianut Indonesia (sensus 2010) : http://sp2010.bps.go.id/
Jika mau digali lebih dalam, seperti persentasi agama yang dianut berdasarkan suku (dalam hal ini Tionghoa), sudah cukup sulit dilakukan dan tidak ada data yang valid, mengingat sebagian etnis Tionghoa sudah tidak lagi menganggap dirinya merupakan bagian dari etnis Tionghoa; meski sebenarnya dari ciri-ciri fisik ybs masih sangat jelas adalah etnis Tionghoa.
Buddha itu bukan agama asli tionghoa, agama asli tionghoa itu konghucu dan tao, Buddha agama buatan India,
Ini agak sulit diterima begitu saja,karena banyak juga orang yang hanya melaksanakan ritual kepercayaan Tiongkok kuno namun menyebut dirinya Buddhist
belanda-inggris-portugis dan sekutunya hadir indonesia pada abad sekitar 1700 an saat itu kristen belum ada yg ada islam/hindu/budha dan konghucu..belanda portugis dan sekutunya membawa duku yg mendalam buat warga indonesia–adu domba dan hancurkan itulah politik free mansion dan iluminati..rakyat kecil banyak di bantai , rakyat surabaya-bandung-jogja-makasar-bali-aceh dll di bombardir dan diberondong timah panas, hiroshima- nagasaki- vietnam- paletina- afganistan- libya-suriah-leibanon-irak dan negri timur tengah lain nya sedang di bombardir oleh amerika,inggris dan sekutunya….kok bangga jadi pengikut nya ..hmmmm martabat apa yang mau di banggakan dg itu hmmmmm…
Kristen itu pengikut Yesus. Yesus dari Israel bukan dr negara eropa ato negara penjajah.
artikel nya menarik untuk di simak mksh gan informasinya
Buddha adalah sebuah doctrin tertua jauh SM yang disebarkan Sidharta Gautama.Jauh sebelum adanya Islam,Kristen atau ajaran ajaran lain.Penyebarannya bermula di Cina dan selanjutnya di beberapa penjuru dunia.Ajaran ini menuntun kita berbuat kebaikan, menjauhi kekerasan, tahu tujuan hidup sebenarnya ,dan yang terpenting jangan terikat hawa nafsu keduniaan.Selama batin terikat hawa nafsu yang egois,selama itu kita akan tersesat.Menurut pandangan saya pribadi, segelintir mereka yang pindah kepercayaan adalah mereka yang belum sepenuhnya sadar dengan diri sendiri dan iman mereka yang kurang teguh dengan ajaran yang dianautnya.Atau seperti yang penulis katakan,mereka lebih memilih kepercayaan yang praktis dan tak merepotkan seperti harus sembahyang ini itu dan sebagainya.Mereka menjadi tak ingat dan lupa akar diri/leluhur mereka sebenarnya.Pertanyaanya adalah,salahkah mereka? Terpulang kepada diri masing masing.Saya pribadi,walaupun tak pernah mempelajari Buddha secara mendetil,hanya sembahyang hio dan peringatan peringatan penting lainnya,saya bangga dilahirkan sebagai Cina dan percaya ajaran Buddha.Saya selalu berusaha mencoba mencapai ketenangan batin dengan cara belajar dari pengalaman hidup setiap hari.Begitu juga dengan cara mendengarkan ajaran agama yang lain.Pesan saya kepada semua pemeluk Buddha dimana pun, percayalah kepada diri sendiri dan beryukurlah atas apa yang telah Tuhan berikan kepadamu hari ini. Berbuatlah kebaikan setiap saat agar hatimu penuh dengan ketenangan.Amithaba.Peace.
Anda benar, saya juga seperti itu, walau apapun terjadi saya tetap bangga dilahirkan sebagai orang cina dan berAgama Buddha. semoga tulisan anda dapat menyadarkan mereka.
Maaf, Buddhisme berasal dari peradaban India Kuno.
Kalo anda mengatakkan Buddha dari India Kuno iya benar sekali tapi Sang Buddha Gautama memperbolehkan ajaranya untuk di Akulturasikan dengan Negara Lain
diakulturasikan bukan berarti salah bsa jadi Pengembangan menjadi yang lebih baik
Agama Buddha sejauh ini ada 3 Aliran Utama yang diakui dunia
Aliran Theravada sebagai Aliran asli yang dibawa Sang Buddha Gautama selama hidup di dunia
Aliran Mahayana dan Tantrayanan sebagai akulturasi dan mengenal ragam Buddha dan Boddhisatva semua ajaran ini benar dan tetap menyangkut inti ajaran bedanya cmn di TRADISI
Tradisi gabsa dijdikan kebenaran yang mutlak karna Setiap Negara punya tradisi nya masing” Patokan Tradisi yang bersifat kebenaran apa? Yaitu mengajarkan kebaikkan dan mengajar perbuatan Kebajikan
jadi gabsa blang Buddha India yang benar ato Buddha Cina yang benar ato Buddha Tibetan yang benar karna pada dasarnya SEMUA BENAR dan masih Tertumpu pada DHAMMA. hanya beda di TRADISI
Mari kita baca semua kitab suci agama yg dg mudah kita cari di google. Setelah saya baca ajaran tri dharma sebenarnya sangat logis banget.
kalo padangan saya mungkin karena kehidupan orang tionghoa zaman sekarang udah berubah modern tidak spt dengan dulu.
dalam kasus agama, saya lihat beberapa orang tionghoa yg udah memeluk islam dan kristen karena mereka memang ingin memeluk agama tsb dan benar2 meninggalkan kepercayaan tradisional tinghoa.
dalam kasus pernikahan, banyak yg sudah menikah dengan etnis campur, ini bukan hanya tionghoa-pribumi, di negara luar juga ada, kayak orang barat-tionghoa (tau priscilla chan? istrinya mark zuckerberg), jepang-tionghoa, arab-tionghoa, dsb.
btw, ini menurut sudut pandangan saya (pastinya penulis jg menurut pandangan penulis juga kan), ditambah lagi saya pribumi tapi saya punya banyak kawan2 orang tionghoa dari berbagai agama (islam, kristen, maupun buddha) dan saling tukar pengetahuan. *peace*
Memang benar seperti apa yang sdr Michael katakan. Pembauran, kawin campur dan soal beda agama merupakan hal yang wajar terjadi.
Namun terdapat perbedaan yang mencolok antara masyarakat yang berada di Indonesia dengan masyarakat Luar Negeri.
Masyarakat Indonesia setelah terjadi pembauran dan kawin campur beda agama, cenderung MENGHINA dan MERENDAHKAN kebudayaan mereka sebelumnya, dan MENGAGUNGKAN kebudayaan barunya (seperti terkena DOKTRIN AGAMA BARUNYA); sementara itu tidak terjadi dengan masyarakat di luar negeri; dimana BENTUK TOLERANSI dan POLA PIKIR mereka jauh jauh lebih dewasa.
Demikian info
FULISEFOOO…… apa yg dikatakan HERMAN TAN sangat betul sekali. ibarat pepatah bilang kacang lupa kulitnya.
Jawaban untuk Dude: Saya berbicara kepada semua orang Kristen apapun alirannya di seluruh Indonesia. Apapun Ras atau Etnis asli Yesus dalam fakta sejarah semasa hidupnya, katakanlah orang timur tengah seperti kata Dude atau apapunlah rasnya, maka sesungguhnya Tuhan Bapak telah memilih salah satu etnis tertentu ke dunia ini menjadi Tuhan atau anak Tuhan. Dan dalam sejarah hidupnya tidak pernah sekalipun tercatat dalam literatur sejarah terpercaya manapun bahwa Yesus pernah seminggu jadi orang timur tengah, minggu depannya jadi orang bule, minggu depannya lagi jadi orang negro, minggu depannya lagi jadi orang china. Kalau pernah ada kejadian nyatanya dalam fakta sejarahnya seperti itu baru bisa dipertimbangkan mungkin bener dia malaikat, baru malaikat belom Tuhan lho yah. Karena Logikanya Tuhan baru bisa dilihat wujud aslinya di dalem surga nanti kalo kita udah mati, itu juga kalo elo masuk surga bukan neraka lho. Karena dunia ini dan seisinya tidak layak melihat keagungan dan kesempurnaan wujud aslinya, maksudnya belom waktunya, kalo gitu kapan waktunya yaitu kalo udah masuk ke dalam kerajaanNya yaitu di Surga di mana Dia menjadi Tuan Rumahnya dan manusia yang dia masukkan kedalamnya menjadi tamu-tamu kehormatanNya. Di sisi lain tidak layak bagi Tuhan untuk merendahkan derajatnya sedemikian rupa menunjukan dzat aslinya di dunia yang penuh dengan dosa, nafsu, pertumpahan darah, kebohongan, kemunafikan, penindasan, berhala pagan, perselingkuhan, pemerkosaan, perbudakan, dll. Juga tidak layak bagi Dia untuk merendahkan derajatNya sedemikian rupa menjadi / menyerupai makhlukNya seganteng dan sesempurna apapun fisiknya, karena makhlukNya termasuk manusia masih butuh makan, minum, tidur, (maaf) buang air besar dan kecil, masih punya nafsu sex, masih bisa terluka, bahkan terbunuh. Sifat Tuhan adalah Maha Sempurna, tidak membutuhkan apapun untuk keberlangsungan hidupnya, karena dialah yang Maha Hidup dan pencipta kehidupan, juga pencabut kehidupan, tetapi justru Dialah yang dibutuhkan oleh apapun juga dan segalanya membutuhkan Dia. Untuk menyelamatkan umat manusia kembali kejalanNya Dia utus manusia sebagai Nabi atau Rasul atau Sang Pencerah atau orang suci, terserah apa kek sebutannya, yang se-etnis dan sebahasa dengan kaumnya agar khotbahnya dapat dipahami dan diterima, itu aja masih banyak banget yang nentang bahkan membunuh. Jadi tidak adil bagi Tuhan jika memilih salah satu ras atau etnis saja menjadi Tuhan atau Anak Tuhan, bagaimana dengan etnis yang lain, apakah tidak layak juga menjadi Tuhan atau Anak Tuhan, apakah lebih rendah derajatnya sehingga ada ras yang berhak jadi Tuhan sementara yang lain ada yang menjadi Budak? Kecuali kalo dia hanya manusia biasa yang dimandat oleh Tuhan menjadi Nabi atau Rasul atau Orang Suci atau Sang Pencerah yang semata-mata misi terlahirnya ke dunia ini untuk menyampaikan ajaranNya melalui Kitab Sucinya, karena manusia apapun ras atau etnisnya selama ajarannya benar, baik, dan relevan, maka bisa dianut atau dipeluk juga oleh ras atau etnis lainnya yang berbeda-beda di seluruh dunia, meskipun awalnya dimulai dari kaumnya sendiri yang se-ras atau se-etnis, wajarlah cari yang deket dulu untuk dinasehati baru yang jauh2. Jadi tidak ada manusia sehebat apapun kayak superman, sepinter apapun, sebijak, seganteng, sebaik, semurah hati apapun yang layak diperlakukan sebagai Tuhan atau disembah sebagai Anak Tuhan. Tetapi alasan Tuhan mengutus Malaikat dari langit / surga / kerajaanNya membawa kalimat-kalimatNya kepada utusanNya di alam dunia yakni manusia Nabi / rasul/ orang suci/ sang pencerah agar disebar luaskan kepada seluruh umat manusia di dunia ini, adalah sebagai bentuk undangan untuk masuk kedalam kerajaanNya yaitu surga, sekaligus peringatan supaya jangan sampai masuk neraka. Lagian tidak masuk akal kalau Tuhan sang ayah punya anak Tuhan, tapi masih dia2 juga. Kenapa gak disebut aja avatarnya Tuhan atau manifestasi Tuhan di bumi. Tapi itupun gak masuk akal karena selama jadi avatarNya atau manifestasiNya dalam sosok manusia dengan segala kelemahan dan kebutuhannya untuk bertahan hidup, lalu apakah alam semesta jagad raya ini dipasrahkan gitu saja olehNya secara auto pilot? ih serem bener! Lagian ujung2nya Tuhan atau anak Tuhan dibunuh juga oleh manusia makhluk ciptaanNya sendiri, konyolkan. Kalaupun itu adalah bentuk penebusan dosa2 umat manusia seluruh dunia sepanjang masa, maka kasihan banget Tuhan harus sakit dulu, berdarah2 dulu, bahkan mati dulu, meskipun hidup lagi, iyalah Tuhan gitu lho, menunjukan ketaklukanNya terhadap orang2 kafir penentangNya dulu, baru setelah itu menghapus dosa2 umat manusia. Kenapa gak langsung aja memaafkan, simple banget, manusia aja bisa khan? Bilang aja ikutilah Aku maka Ku ampuni dan kumasukkan ke surgaKu dan kuselamatkan dari nerakaku, tapi kalo menentang Aku, maka kuperingati terus selama masih hidup di dunia, tapi kalo membangkang terus sampai mati, terserah Aku gimana nanti. Sederhana Sekali Khan?
Saya Tuonghua dan saya beragama Buddha. Menurut saya yg menulis artikel ini salah kaprah. Karena Tionghua bukan agama.. dari yg saya liat anda yg menulis artikel ini seakan-akan menyalahkan agama.. jika anda Buddha maka pikirkanlah cara supaya umat Buddha bs bertambah banyak dan rajin datang ke Vihara atau Klenteng buka dengan rasa iri kemudian membuat artikel ini.. Buddha milik semua etnis yang percaya. Begitu jg dgn agama lainnya. Tionghua punya tradisi/budaya. Banyak tradisi2 ini bukan milik ajaran agama tertentu . seperti Imlek. Imlek milik semua org Tionghua. Bukan milkk agama tertentu. Begitu jg Chengbeng itu adalah tradisi.
Saya Tionghua Indonesia
Salam Satu Indonesia
Mau meluruskan, AGAMA TIONGHOA yang dimaksud disini adalah TAO, KONGHUCU dan BUDDHA, yang biasa disebut juga TRIDHARMA.
Jika ditulis TRIDHARMA tentu maknanya sudah berbeda, karena Tridharma itu sendiri adalah SINKRETISME dari 3 ajaran agama.
Makanya pada judul dicantumkan AGAMA2 TIONGHOA, YANG artinya 3 Agama yang berdiri sendiri.
Selain itu, judul dicantumkan demikian agar lebih singkat saja (tidak panjang menulis satu per satu nama Agama yang dimaksud).
Sebagai catatan, kita tidak ada kewajiban untuk memuaskan semua pembaca. Jadi jika ada pembaca yang kurang puas, silahkan abaikan artikel ini.
Demikian indo & salam hangat
Semoga dimengerti
Mohon maaf sdri Ocha, komentar Anda terdeteksi sebagai SPAM di sistem kami. Jika berkenan dan tidak capek, boleh coba ketik lagi.
Demikian info & salam hangat
Masalah ini no comment aku campuran etnis tionghoa dan pribumi. Keluarga kita beda agama semua, ada konghucu, kristen, khatolik, budha, islam. But no problem baek” aja itu orang” g bentrok. Yang penting itu” nga BENTROK!!, Saling menghargai. Gua sendiri yang komunis malahan, but gua percaya Tuhan, Allah, Allah SWT Dewa/Dewi. tapi kalo yang bener menurut saya cuman 1 Tuhan mencakup apapun, dimanapun, bagaimanapun, kapanpun…
Ini masalah awal nya dari yang bikin cerita. Tionghoa berkuarang pada lari ke kristen. Mohon maaf mas di Agama saya. Untuk mu Agama mu untuk ku agama ku.so seaindainya berkurang itu bukan urusan anda. Dan seandainya aturan agama tionghoa berat itu bukan anda juga yang menjalanin.
Setiap orang punya kepercayaaan.
Mengutip kata terakhir mas manusia yang berotak pasti mikir jikaa tidak mikir kembaliin saja otaknya.
Kalo begitu selamat berfikir yaa mas tentang toleransi
Islama agama ku, gua yakin dan percaya kebenaran. Begitu pun dengan agama kalian pasti yakin dan percaya
Hai orang2 Tionghoa, sembahlah Yesus kalau dia sudah jadi bermata sipit dan berkulit putih susu seperti kalian atau nenek moyang kalian. Juga untuk orang2 Papua, sembahlah Yesus kalau beliau sudah jadi berkulit hitam legam, berambut hitam kribo (bukan bule kribo), dan berbibir tebal seperti kalian atau nenek moyang kalian. Maaf ini bukan bermaksud bermain fisik tapi hanya pendekatan logika saja. Maaf dia tidak akan pernah seperti itu, karena dia selamanya bule yahudi Israel. Kalu baru tiba2 akhir2 ini atau beberapa tahun kebelakang, bahkan berbelas atau berpuluh tahun belakangan Yesus berubah warna kulit, rambut, dan ciri2 fisiknya jadi seperti kalian, maka ketahuan bangat bohongnya alias maksa hanya demi penyebaran agama saja agar lebih mudah diterima, karena dalam sejarahnya sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu, sejak lahir sampai dibunuh, lalu bangkit lagi Yesus tetap sama dalam semua bukti2 sejarah lukisan2, patung2, literatur2, dll, bahwa Yesus adalah seorang bule yahudi israel.
Coba jujur jawab saya, apakah menurut kalian secara logika (katanyakan orang Tionghoa otaknya pinter2 semua)Apa menurut kalian orang2 bule Eropa, Amerika Australia, Inggris, dll mau nyembah Yesus sebagai Tuhan, bahkan sekedar anak Tuhan doang deh, kalau sosok Yesus di tiang salib bukannya bule yahudi Israel tapi bermata sipit dan berkulit putih susu? atau apalagi berkulit hitam legam keling, berambut kribo, dan berbibir tebal? Pasti tidak akan pernah mau, saya jamin. Lalu diantara semua etnis di dunia kenapa cuma dipilih bule yahudi israel aja yang boleh jadi Tuhan dan anak Tuhan?, kenapa etnis lainnya gak boleh, berarti lebih rendah donk derajatnya?? Kalau begitu apakah Tuhan Bapak Adil dengan sikapnya yang seperti itu?? Saya berani jamin Kristen tidak akan pernah menjadi mayoritas (Sebenernya sekarang sudah Atheis sich yang mayoritas)kalau saja sejak berdirinya agama itu atau lahir ke dunia ini sosok Tuhan atau anak Tuhan itu berupa lelaki yang berfisik bermata sipit dan berkulit putih susu, atau apalagi berkulit hitam legam keling dan berambut kribo, berbibir tebal. RENUNGKANLAH.
Bule Yahudi Israel tuh dipikiran lo emang kaya gimana ya? Kaya penggambaran artis-artis Eropa jaman dulu? Rambut blonde mata biru? Semua orang tau Yesus bukan “BULE” dan bukan ras mayoritas, bukan pula sama dengan orang-orang bule Eropa -rambut blonde mata biru. Yesus pun minoritas, middle eastern man, dan kalo lu coba baja Bible he has nappy hair. For your information, ada kok Black Jesus di beberapa black church, Asian Jesus pun ada bahkan ada juga di gereja Indonesia yang pernah pasang Bunda Maria dan Yesus versi Asia, karena gak ada pematung/artist yang tahu persis tampang aslinya. Penggambarannya gak penting, orang yang beneran Kristen percaya akan kebaikan-Nya bukan tampangnya yang banyak di patung-patung gereja, lukisan Leonardo Da Vinci,dll. Kalo mau jadi atheis, jadi atheis yang pinteran dikit dong. Take your racist ass somewhere else.
Orang bingung ngasi ceramah….ya ngawur..weleh2.
Sy org Hindu,tp sy mncintai Buddha. Ia adlh agama hati, tak byk cakap. Lihatnya lambangnya, bunga “Padma” (teratai): di air tp tdk kotor..di lumpur tp tdk basah. Akar dr sgl penderitaan adlh fikiran. Tradisi dg agama jgn dibaurkan,jika kbratan sm tradisinya,jalanilah agama dg sepenuh jiwa,niscaya hati & fik takkan bergejolak. Hal yg sy suka dr Buddishm,ketika berdoa tidak egois… “semoga semua makhluk berbahagia”,,,Ini ada hub dg teori fisika, hukum kekekalan energi….dan hukum karma phala (sebab-akibat) yg uniknya hanya Hindu dan Buddha yg bs menjelaskannya.
Orang Islam bingung kenapa Tionghoa, Batak, Papua, Ambon, dll pada masuk Kristen dan nyembah Tuhan Yesus seorang pria bule yahudi Israel di tiang salib. Mereka masih maklum kalo yang disembah di tiang salib sebagai Tuhan itu sosok pria Tionghoa, Batak, Papua, Ambon, dll sesuai dengan nenek moyang masing2 kan? Di Islam kalo orang Islam nyembah Muhammad yang orang Arab bakal ditendang pantatnya keluar dari surga nyebur ke neraka. Budhapun tidak pernah minta disembah dan ngaku dirinya Tuhan, beliau seorang guru, filsuf, pemimpin spiritual, motivator, penasihat, teladan dll. Konghuchu lebih menitik beratkan pada penghormatan pada arwah leluhur atau nenek moyang kalopun itu bisa disebut penyembahan. Kalopun ada dewa2, semua sosoknya china tulenkan. Demikian pula hindu semua dewanya meskipun punya banyak tangan, warnanya biru donker, berwajah ada 4 tapi setidaknya semua sosoknya India asli. Pertanyaannya kenapa kalo mau ngambil image of God harus pilih kasih ke salah satu ras tertentu yang dipertuhankan. Sementara ras lainnya harus nyembah dia. Bukankah sifat Tuhan itu paling adil, kalo gitu seharusnya Yesus seminggu jadi yahudi bule, seminggu, jadi negro, seminggu jadi Chinese, minggu depannya ganti lain lagi, terus begitu biar semua kebagian kan adil, jadi tidak ada ras yang superior dan inferior, bukankah Tuhan bisa apa aja?, kecuali kalo sebenarnya hanya manusia biasa. Sementara dalam sejarah peradaban dunia yang didominasi Kristen, paling sering orang negro yang dijadikan budak oleh bule yang se-ras sama Yesus, sekarang orang negro di seluruh dunia termasuk Papua kok mau aja nyembah yang memperbudak mereka, apakah tidak berpikir? Di Nusantara pertama animism, dinamisme, lalu masuk Hindu, lalu Budha, Lalu konghuchu dan Tao, Lalu Islam, semua masuk melalui pergaulan di pasar dan pantai melalui tawar-menawar jual-beli alias dagang dan barter, juga perkawinan. Lalu terakhir masuklah Belanda, Portugis, juga Inggris yang mungkin awalnya dagang rempah2 dan beli tanah, tapi lama2 ngejajah, memperbudak, memperkosa, ngebunuh, memaksa menjadikan pelacur, dan itu berlangsung selama +- 350 tahun dan selama itu pula Kristen disebarkan di Nusantara dengan cara pemaksaan dengan slogan penaklukannya Devide et Impera, mengadu domba umat dan memecah belah, juga yang paling terkenal Triple G= Gold, Glory, and GOSPEL (Bible/ Church). Lalu sekarang kenapa banyak yang menganut product penjajah ini dengan bangganya, dan ironisnya menyebut Islam Terorislah padahal jelas2 sekarang Palestina Islam yang dijajah oleh Israel (Memang mereka Judaism bukan Kristen) dan direbut rumah dan tanahnya, juga diusir gak boleh balik lagi. Memang peristiwa Mei 98 tak bisa di maafkan, tapi apa sebanding dengan rentang waktu yang selama 350 tahun sebelumnya? Sedangkan Mei 98 hanya berapa hari sich?, berapa korbannya jika dibandingkan selama 3,5 abad? Helloo? Kalo Mei 98 tak boleh dilupakan, apalagi 3,5 abad penjajahan bukan? Lagian sekarang gak bener banget kalo dibilang Kristen itu lebih modern, canggih, sukses, kaya raya, asyik, gaul, funky, keren, trendy dll. Sekarang yang begitu diseluruh dunia termasuk di RRC, Hongkong, Jepang, dll adalah Atheism atau paling gak ya Agnostism, makanya kalo mau jadi modern, canggih, sukses, kaya raya, asyik, gaul, funky, keren, trendy dll jadilah Atheis atau Agnostic aja jangan mengagungkan produk penjajah sementara nunjuk hidung orang lain teroris atau mengelu2kan Mei 98 tapi melupakan yang 3,5 abad. Lagian ISIS, menara kembar WTC, dll udah banyak orang bule di internet dan youtube yang ngebahas dengan dengan bukti2 dan argument kuat bahwa itu sebenernya inside job alias conspiracy theory, cobalah research.
@OrangBinggung maksud anda apa? maksud anda kelakuan jahat manusia mewakili agamanya? misalnya belanda menjajah indonesia 350 tahun maka sama artinya kristen menjajah indonesia 350 tahun? anda pendidikan terakhirnya apa? SD? SMP? SMA? Kuliah? fakta mei 1998, lalu anda bandingkan dengan penjajahan belanda 350 tahun. Nyawa manusia itu biarpun 1 nyawa sangat penting, ini tentang kemanusiaan. walaupun korban nyawa kerusuhan mei 1998 sekitar ribuan nyawa yg mati & diperkosa. Tapi ini tentang rasa kemanusiaan, di negeri ini kenapa masih bisa orang dibunuh dengan kejam padahal negara menjamin keselamatan rakyatnya, beda dengan masa penjajahan belanda, Indonesia belum jadi negara, kita dijajah dirampok hanya untuk ambil hasil rempah-rempah kekayaan indonesia. Faktanya kalau belanda mau 100% penduduk indonesia bisa masuk kristen dibawah todongan senjata, tapi kenyataannya mereka belanda bukan mengejar agama, mereka mengejar hasil bumi indonesia. Malah di beberapa daerah, misionaris dihalangi belanda masuk ke indonesia, karena belanda merasa misionaris kristen adalah ancaman buat penjajahannya. Kenapa? karena misionaris selain mengajarkan kristen juga mengajarkan pendidikan membaca, menulis, bertani, berternak, berdagang. Belanda inginkan bangsa jajahannya tetap bodoh-bodoh. itulah alasan saya bertanya anda itu pendidikan terakhirnya apa? komentar anda paling banyak tapi kok komentar bodoh-bodoh semua?
Menurut saya Penjelasan tradisi2 konghucu dan filosofinya ke generasi sekarang yg kurang jelas.. kalo d tanya anak2 kita nanti tidak menjawab “memang dr sananya begitu” kalo pengertiannya tepat akan menimbulkan prinsip dalam diri sendiri.. jadi mau ajakan gimanapun ga akan terpegaruh.. Yesus sndr menurut pandangan saya adalah seorangyg mencapai penerangan sempurna dengan caranya.. dalam agama Buddha disebut Bodhisatva dan Buddha.. yaa intinya agama apapun tujuan aslinya adalah kebaikan.. cuman jaman sekarang banyak disimpangkan untuk tujuan tertentu… sebagai keturunan tionghoa adalah jiwa dan darah saya untuk selalu menghormati leluhur saya… memegang teguh tradisi leluhur… bukan malah dikatai setan… sesat… orang tua sndr meninggal dikatai setan.. hahaha ya karena itu td.. penjelasan tradisi2 yg kurang jelas… hal ini pun akan saya tanamkan sm anak2 saya… jadi tetap pada jalurnya masing2… 🙂
Saya bersekolah dari kecil dari TK sampai SMA di sekolah Nasrani. Agama yang pertama kali saya tau dan pelajari adalah Nasrani. Saya pada akhirnya lebih memilih menjadi Buddhis karena bagi saya ajarannya memang cocok,logis,realistis. Cocok juga dengan tradisi Tionghoa Terutama untuk menjalankan tradisi menghormati leluhur.Walau pun saya Buddhis beraliran Theravada kita sebagai seorang anak ketika orang tua kita tidak ada haruslah melakukan pelimpahan jasa agar orang tua kita bahagia dan bisa terlahir di alam yang lebih bahagia.bagi saya tradisi ini bisa saya lanjutkan. Apalagi di keluarga saya yang terutama sepupu” saya kebanyakan pindah ke Nasrani. Saya cukup tidak setuju jika menghormati leluhur sampai pegang dupa tidak boleh dan dikatakan menyembah berhala. Karena saya sendiri bukan meminta meminta kepada leluhur saya untuk dikabulkan permintaannya tetapi menghormati jasa” dan kebajikan yang pernah dilakukan.
Sebelumnya kami Keluarga tionghoa kristen katholik, Setelah saya berkiprah di dunia intellijen akhirnya saya menemukan sebuah pola rumus kejahatan yg sistematis internasional. Dengan berbagai riset dan sumber bukti yang saya arsipkan selama ini. Akhirnya saya memutuskan masuk Islam. Perkataan Nabi Muhammad SAW, yang paling di ingat oleh umatnya adalah Tuntut lah ilmu sampai akhir hidup walaupun sampai kenegeri china. Banyak diantara warga tionghoa yg setelah berkiblat kebudaya barat. Budaya malunya hilang. Sehingga adab sopan santun pelan2 mulai terkikis. Setelah saya melakukan penelitian banyak Petuah petuah cina tentang kebenaran banyak yg sejalan dengan islam.
kayak James Bond gitu ya,bung Rey?
Saya Kristen dan pribumi. Saya sbnrnya benci dgn bhasa pribumi dan nonpribumi ini. Bahasa pribumi ini seakan jd jurang pemisah. Krn buat saya semuanya tetap aja sama, WNI.
Sebelum membaca web ini, jujur saya sangat respect dgn agama Budha. Agama yg paling saya hargai di luar agama saya. Tp stlh membaca ini, respect saya malah mulai memudar. Anggap saja saya kecewa dgn ‘nilai penghargaan’ yg saya berikan selama ini dlm pikiran saya… Semoga saja tidak semua pola pikir teman2 beragama Budha seperti ini.
Terima kasih.
Nova, kalimat saya yang mana yang menyebabkan respect anda memudar ?
Menarik, ketika saya yang keturunan Tionghoa bercampur darah Jawa yang awalnya waktu kecil rajin diajak ke Kelenteng & Vihara oleh ayah saya kemudian dibesarkan secara K*****k oleh nenek dari ibu semenjak kedua orang tua bercerai. Namun belakangan saya mulai merasakan ada yang kurang cocok antara pemikiran saya dengan ajaran yang dianut saat ini. Dari sini, berkat pengalaman sembahyang (secara agama Tionghoa) dengan keluarga ayah 2 tahun lalu, saya mulai tertarik mempelajari budaya nenek moyang saya yang lain. Semenjak itu banyak yang sinis pada saya yang mulai belajar budaya Tionghoa ini, bahkan teman-teman kuliah pun saat ini kembali mengupayakan saya agar kembali ke ajaran yang sebelumnya saya jalani, entah apa yang akan orang katakan dengan saya yang berkulit coklat matang layaknya orang jawa sembahyang ala Tionghoa… saya tidak peduli, karena saya merasa itu bagian dari jati diri saya… meskipun banyak yang ga percaya, saya bangga punya keluarga Tionghoa
Mantap Bro.. punya keyakinan pendirian yang cukup kuat, inilah yang mencerminkan Masa depan Anda.