Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan

Bab 6 : Ibu Wang mengincar uang comblang. Tipuan membuat Hsimen menikmati cinta terlarang

“Ibu Angkat, sepuluh ons perak akan menjadi milikmu, bila kau berhasil menuntaskan urusan ini!” desak Hsimen.
“Dengarkan aku tuan besar, belakangan ini tidak mudah untuk urusan begini. Untuk itu dibutuhkan 6 hal: tampang ganteng, banyak uang, umur muda, pakaian bagus, punya waktu, dan sesuatu yang kuat bagaikan kepunyaan keledai.
“Terus terang saja, ke 6 hal itu tidak masalah bagiku. mengenai hal ke 6, sejak remaja, beberapa rumah pelesiran (rumah hiburan) sudah bagaikan rumah sendiri, disitu aku melatih benda mungilku menjadi mahluk buas”
“Tetapi masih ada satu masalah, yang biasanya membuat urusan jadi gagal”
“Apa tuh?”

“Jangan salah paham, aku akan bicara terus terang. Kebanyakan urusan cinta menjadi gagal karena tidak berani mengeluarkan biaya operasionil. Aku mengenalmu sebagai orang yang hemat. Disitulah letak masalahnya.”
“Ah, itukan tidak masalah, aku akan mengikuti petunjukmu”

“Jika begitu hal nya, aku ada rencana, untuk mempertemukan mu dengan si burung cantik”
“Benarkah?, hayo katakan!”
“Pulang ke rumah dulu, nanti setelah tiga atau enam bulan kita teruskan rencananya.”

“Kok begitu sih? itu kan seperti ujian cobaan! ingat akan upah yang akan kau terima”

“Jangan terburu buru, tuan besar! Si burung cantik meskipun bukan berasal dari keluarga kaya, tapi tidak boleh sembarang. Ia orang nya sangat cerdik dan mempunyai banyak kepandaian: menyanyi, memetik kecapi, melempar dadu, bermain catur, paham lagu2 dari seratus pujangga dan menguasai ilmu kerajinan tangan wanita.

Karena ia biasanya hanya diam dirumah, dan tak pernah keluar, maka aku sering mengunjunginya, iapun sering meminta nasihat dariku dan memanggilku ‘Ibu angkat’

“Bila kau ingin berhasil, kunasihatkan sebagai berikut: Pertama, belilah dua potong kain sutra kasar, satu potong warna biru dan satu potong nya lagi warna putih. Selanjutnya beli juga satu potong sutra halus warna putih dan sepuluh ons kapas terbaik. Dan kirimkan semua itu kesini.

Kemudian aku akan menemuinya untuk meminjam almanak, pura2 mencari hari baik untuk memanggil penjahit. Sementara itu, usahkan secepatnya membeli sutra dan kapas. Kirimkan kesini.

Kemudian aku akan menemuinya untuk meminjam almanak, alasan nya sih mencari hari baik untuk memanggil penjahit pakaian. Seandai nya ia tidak menawarkan diri untuk mengambil alih pekerjaan menjahit, maka urusan ini tidak usah diteruskan lagi.

Bila sebaliknya, ia mengatakan aku tak perlu mencari penjahit, dan ia ingin mengerjakan nya untukku, maka kita telah memenangi permainan ini satu per sepuluh bagian. Bila ia menuruti permintaanku untuk menjahit dirumahku, berarti menang dua per sepuluh bagian.

Aku akan membeli arak dan makanan untuk disediakan padanya,. bila ia menolak dan permisi pulang, tampa hasil, maka urusan ini tak usah diteruskan lagi. Bila ia tetap tinggal dan tidak berkata apa2, permainan dimenangi lagi sebanyak tiga per sepuluh bagian.

Di hari pertama kau tidak boleh kesini, baru pada hari ketiga kau boleh datang, sekitar sore, kenakan pakaian yang bagus dan dari luar memberi tanda batuk2. Katakan, kau sudah lama tak melihatku, dan ingin minum secawan teh.

Maka aku akan mempersilahkan kau masuk. Bila ia pergi dan aku tak dapat menahan nya untuk tetap tinggal, maka urusan nya gagal sampai disini saja. Bila ia tetap tinggal, maka permainan nya dimenangi lagi sebanyak empat per sepuluh bagian.

Aku akan mengenalkan mu sebagai penyumbang bahan sutra dan mengatakan yang bagus2 tentang dirimu. Bila ia tidak tertarik, maka kita harus menyerah kalah. bila sebaliknya ia terlibat pembicaraan denganmu, setengah permainan sudah dimenangkan.

Untuk menghormati kau sebagai penyumbang dan ia sebagai pembuat, ada alasan bagiku untuk mentraktir minum dan kau mendapat kesempatan mengajaknya bersulang. Dan tentu saja kau akan memberiku uang untuk membeli minuman. bila ia tetap tinggal, maka menang enam per sepuluh bagian lagi.

Sekembalinya aku akan mengatakan padanya: ‘Kesampingkanlah dahulu pekerjaanmu, minumlah semangkok arak’, bila ia menolak minum semeja denganmu, dan ingin pulang, kalahlah kita dalam permainan ini. Bila ia keberatan tapi tetap diam ditempat, maka kau memenangkan permainan ini delapan per sepuluh bagian.

Setelah ia terpengaruh arak dan sudah tiba di pelabuhan yang tepat, aku akan mengatakan bahwa arak telah habis. Dan tentu saja kau akan memberikan aku uang pembeli arak. Ketika keluar, aku akan menutup jendela. bila ia tidak mempermasahkannya dan tetap tenang, permainan dimenangkan lagi sebanyak sembilan per sepuluh bagian.

Sekarang masih kurang satu per sepuluh bagian. ini adalah bagian tersulit, kau harus mengunakan kata2 merayunya, dan bila tidak berhasil maka kau harus menggunakan tangan dan kaki. senggol jatuh sepasang sumpit makan dari meja, seolah olah kau akan memungutnya dari bawah meja.

Usaplah tampa sengaja kakinya. bila ia marah, maka aku akan masuk untuk mendamaikannya. bila diam, kau telah memenangkan sepuluh per sepuluh bagian!. Akankah kau berbuat sesuatu untuk menunjukan jasaku?.”

“Rencana yang luar biasa!”, puji Hsimen “Kau akan mendapat tempat kehormatan di ‘Ruang awan melayang’
“Ah, sudahlah, sebaiknya kita tetap dengan 10 ons perak yang sudah dijanjikan”
“Itu sih sudah pasti!. Tapi katakan, kapan rencana ini akan dijalankan?”

“Sekarang juga aku akan menjumpainya, mumpung suaminya belum pulang. Aku akan pura2 meminjam almanak dan membicarakan lain2 nya. Sementara itu usahkanlah agar bahan sutra dan kapas secepatnya sampai padaku. Nanti malam aku akan mengabarimu.”

“Percayakan urusan itu padaku” janji Hsimen. Dalam perjalanan pulang, ia membeli barang2 yang tadi dibutuhkan dan menyuruh pelayannya Tai Ar’l mengantarkan ke rumah ibu Wang.

Dengan gembira ibu Wang menerima barang2 tersebut, dan liwat pintu belakang ia masuk kerumah tetangga sebelah. Setelah bicara kesana kesini akhirnya Teratai emas menyanggupi untuk bantu menjahit dirumah ibu Wang.

Teratai emas memegang janjinya, dan datang kerumah si tetangga pada keesokan paginya. Ia mengambil ukuran untuk memotong bahan dan mulai menjahit. Juga ia tidak menolak arak dan makanan yang disediakan padanya oleh ibu Wang.

Pada sore hari di hari ketiga, terdengar suara batuk dari luar.
“Hei, Ibu Wang , lama tidak jumpah!”
“Siapa diluar?” tanya ibu Wang.
“Aku, Hsimen!”

Ibu Wang mempersilahkan nya masuk dan mengenalkan satu sama lain dengan teratai emas. Ia mengenalkan Hsimen pada teratai emas sebagai pemilik toko obat besar dan merupakan salah satu orang terkaya di Tsinghohsian.

Juga diceritakannya, bahwa di rumah Hsimen: ‘Semua yang kining adalah emas, semua yang putih adalah perak, semua yang bulat adalah mutiara, semua yang berkilau adalah batu mulia. Disitu ada juga tanduk badak dan gading gajah”. Dan keduanya terlibat dalam pembicaraan dan merasa cocok satu sama lain.

Untuk menghormati tamunya ibu Wang permisi untuk membeli arak dan berpesan pada teratai emas untuk menemani tamunya. Jadi mereka hanya berdua di kamar. Teratai emas duduk menunduk dan Hsimen memandang nya dengan penuh gairah.

Tidak lama kemudian ibu Wang kembali, membawa arak, buah2-an dan berbagai macam makanan matang, antara lain: Angsa gemuk, bebek panggang, daging goreng, ikan bakar. Sambil mengobrol mereka makan minum dengan gembira.

“Nyonya Teratai emas memiliki pendidikan yang luar biasa” kata ibu Wang “Bukan saja pandai menjahit, ia pun paham karya seratus pujangga dan beberapa filsuf. belum lagi seni tulis, permainan catur, melempar dadu, meramal dan beberapa macam kesenian yang dikuasai nya dengan baik”

“Oh, dari mana bisa ku dapat wanita seperti itu”
“Apakah diantara permpuan2 di rumahmu tak ada yang sebanding nyonya Teratai emas?”
“Selama ini aku belum pernah berhasil mendapat perumpuan yang tepat ke rumahku”

“Oh, menyedihkan. Seandainya aku tahu seseorang yang cocok dengan pengharapanmu. apakah aku boleh mengusulkannya?”
“Kenapa tidak?, Ah, perkawinanku yang tidak bahagia!”

“Arak habis!”, kata si ibu Wang memutuskan pembicaraan. “Pas lagi enak2 nya minum, eh arak nya habis. jangan cela aku karena pelayanan yang jelek ini, bagaimana kalau aku pergi membeli arak baru?”
Hsimen merogoh sakunya dann mengeluarkan empat ons perak sekaligus.

“Ini, Ibu angkat, ambil semua, supaya kita cukup persediaan”

Ibu Wang mengucapkan terimakasih, dan sambil berjalan keluar tak lupa ia memperhatikan si cantik. Tiga mangkuk besar yang sudah masuk liwat bibirnya telah memperlihatkan hasil.

Wajah nya memerah menambah kecantikan nya. Walau Teratai emas hanya membisu dengan pandangan menunduk, tapi Ia telah menangkap pembicaraan kedua orang itu, begitu juga dengan sindiran2 terhadapnya.

Bersambung ke Bab 7

Karya: Lanling Xiaoxiao Sheng
Diterjemahkan Oleh: Aldi Surjana

By Aldi The

Penerjemah novel, salah satunya adalah Jinpingmei (金瓶梅; Jin Ping Mei; The Golden Lotus). Tinggal di Berlin, Jerman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?